NU hanya jadi "Kuda"
membaca kolom Opini jawa pos Rabu,6 februari 2008. Tentang ide "pilkada kembali
ke pola lama". Tersirat bahwa adanya keinginan dari Kyai Hasyim dan Wahyudi Winarjo(penulis)untuk mengembalikan sistem pemilihan langsung oleh rakyat, dengan pemilihan via perwakilan.
Memang dalam sejarah kita, perwakilan dalah sistem yang telah kita anut selama
berpuluh-puluh tahun. Dalam Pancasila sila ke 4, tertulis dengan jelas.
Kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.
Sehingga sulit rasanya bahkan akan sangat tidak mungkin kita akan memodifikasi
dasar negara kita.
Saya kurang mumpuni dalam berpendapat politik. Yang saya ingin tekankan disini bahwa
apaun sistimnya saya sangat ytidak ingin dan tidak setuju jika "nahdlatul ulama"
dijadikan sebagai kendaraan bagi politikus untuk mencapai tujuannya. baik itu tujuan baik.
Nu bukan kendaraan politik. Eyang Hadratus Syeikh Hasyim Ashari tidak ingin umatnya
hanya jadi boneka yang mudah sekali ditipu dean dimanfaatkan. Saya pribadi sebagai cucu Eyang Hasyim Ashari, najis melihat para kyai dengan bangganya duduk sebagai politikus.
Bukankah Kyai (ulama) adalah penerus nabi, pelindung, pengayom umatnya.
walau tak menutup kemungkinan bisa saja untuk mencapai kemakmuran umat kita lewat berpolitik,tapi ingat banyak mudharatnya daripada manfaatnya , plus gede godaannya.
dan juga di politik kita tidak bisa 100% "amar ma'ruf, nahi munkar". Oleh karena itu apapun sistemnya, untuk mencegah "NU" dijadikan kendaraan bagi politikus licik kita mari kita berfilir dewasa.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment