About my Blog

But I must explain to you how all this mistaken idea of denouncing pleasure and praising pain was born and I will give you a complete account of the system, and expound the actual teachings of the great explorer of the truth, the master-builder of human happiness. No one rejects, dislikes, or avoids pleasure itself, because it is pleasure, but because those who do not know how to pursue pleasure rationally encounter consequences that are extremely painful. Nor again is there anyone who loves or pursues or desires to obtain pain

Sponsor ROKOK “TAPI” GAK BOLEH Ngrokok (Proliga 2008)

Tim bola volley siap menggebrak kembali dalam acara Proliga 2008. Tanggal 22 -24 Februari GOR Ken Arok menjadi saksi pembukaan liga Volley terbesar di Indonesia. Dimulai dengan seremonial pembukaan pada pukul 15.00 dan diteruskan pertandingan pertama antara Tim Putri dari Jakarta Elektrik PLN Versus Gresik Petrokimia. Bagusnya permainan mampu menghipnotis warga Malang untuk hadir. Semarak dan bagusnya pertandingan pertama tersebut mampu mengobati kerinduan warga Malang akan kehadiran Liga Volley terheboh tersebut. Hujan tak menyurutkan antusiasme penonton. GOR Ken Arok yang berkapasitas kurang lebih 2000 penonton tersebut, seakan menjadi hidup kembali dari kesepiannya. Gor yang terletak di ujung timur kota Malang tersebut memang terasa agak sepi setiap harinya karena halangan jarak dan akses.


(Proliga 2008 di GOR Ken Arok, Malang)

Kemenangan Jakarta Elektrik PLN meraih poin dalam pertandingan 4 set, ternyata tidak mampu mendukung penjualan rokok Sampoerna. Memang Proliga disponsori oleh Sampoerna, akan tetapi hujan dan aturan dilarang makan dan merokok di Gor membuat branding Sampoerna kurang berarti. Pembeli lebih banyak menghindar untuk membeli rokok atau minuman suplemen M-150 (sponsor) karena aturan tersebut. Banyaknya games yang digelar di lapangan luar Gor tidak mampu menarik simpati penonton yang banyak tersebut untuk membeli produk mereka atau mencoba games, akibat derasnya hujan pada pertandingan hari pertama tersebut.

SUKSES = DISIPLIN


Setelah menonton pertandingan pertama voli proliga, saya mendapat kesempatan dari kantor untuk ikut seminar yang diadakan oleh AMA Malang (Asosiasi Manajemen Indonesia). Dalam seninar yang diadakan di Hotel Tugu tersebut dibahas “4 Disiplin untuk melaksanakan Eksekusi”. Maksud Eksekusi di seminar ini adalah pelaksanaan dari tujuan kita. Sehingga kita mampu mencapai tujuan kita dan mendapatkan kesuksesan.

4 disiplin yang di terangkan oleh Alex Denni tersebut adalah :
1.Fokus terhadap hal yang Wildly Important (sangat penting)
2.Tahu apa yang harus dilakukan terhadap hal yang terpenting tersebut.
3.Kita harus selalu mengetahui skor/ sampai dimana arah kita untuk mencapai tujuan tersebut.
4.Keteraturan dan ada rasa tanggng jawab penuh untuk mencapai tujuan tersebut.

Hal-hal yang bisa kita lakukan untuk mencapai tujuan tersebut antara lain :
1.membuat Time Matrix. Memilah hal-hal/ kesibukan/ aktivitas Apa yang penting dan apa yang tidak. Apa yang mendesak dan apa yang bisa ditunda
2.Membuat Schedule/ jadwal aktivitas.
3.Mengkoreksi minimal tiap minggu untuk melihat sejauh mana progress/hasil kita.

Disiplin tersebut tidah hanya anda terapkan pada perusahaan atau Team atau divisi anda tetapi juga bisa anda praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Semisal,saya selama ini kehilangan semangat dan kadang-kadang tidak tahu kenapa saya kerja. Untuk mendapatkan uang itu sudah pasti. Setelah mengikuti seminar tersebut saya kembali menemukan apa yang kurang dalam hidup saya yang tersibukkan dengan rutinitas yang membosankan. Ya, akhirnya saya tahu kembali tujuan hidup ini dan bagaimana cara mendapatkannya.
Dulu sewaktu kuliah tiap hari saya selalu mengecek Schedule, mengupdate dan menuliskan apa yang telah saya lakukan hari ini dan bagaimana hasilnya. Untuk melangkah di hari-hari berikutnya. Denngan jadwal tersebut, saya mampu melihat sejauh mana saya berusaha, sejauh mana keberhasilan dan apa saja yang menghalangi untuk mencapai tujuan yang saya tetapkan. Tak perduli sesibuk apapun waktu itu, Organiser itu mapu menuntun saya, dan memberi ruang untuk sekedar memanjakan hidup.

MEMBACA


Entah, sudah berapa banayak duit yang saya keluarkan untuk menyalurkan hobi membaca dan mengoleksi buku. Dari mulai fisafat, seni, majalah sampai buku murah yang dijual di atas bis. Kalau pergi ke toko buku, maka mata saya langsung ijo. Rasanya waktu 3 jam tidak cukup hanya untuk memilih 1 buku saja. Kenapa cuma 1?, karena memng harga buku masih mahal. Jadi harus benar-benar berguna buku yang akan saya beli.
Jika seringkali tidak mendapatkan tempat di kamar hanya untuk sekedar tidur, itu bukan berati karena kamar saya kecil, tetapi lebih karena banyaknya buku yang menumpuk. Jika dihitung mungkin sudah ada jutaan judul yang dibaca, Dan ada 1000an judul yang dikoleksi.
Dulu, sewaktu masih kecil orang tua berlangganan majalah Bobo (yang sebenarnya ekonomi orang tua saya pas-pasan). Hanya karena ingin anaknya rajin membaca yang bermutu. Tetapi untuk membeli komik orang tua akan marah, untuk membacanya pun sangat dilarang. Karena itu sampai sekarang saya tidak suka komik. Selain karena isinya rata-rata tentang kekerasan, komik-komik tersebut tidak menarik lagi untuk dibaca di lain waktu. Sudah off the date. Istilahnya menggunakan uang sebaik dan seefektif mungkin.
Jika pada waktu kuliah dahulu, untuk 1 bulan bisa membeli 3-4 judul buku. Maka, sekarang hanya membeli jika membutuhkan. Gaji kecil saya, hanya cukup untuk kegiatan operasional sehari hari plus tabungan Rp.200.00 per bulan. Jauh dibandingkan uang saku kuliah dulu yang mencapai Rp.1,5 juta per bulan.
Jika bangsa indonesia di cap sebagai bangsa yang tidak suka membaca itu salah. Buktinya banyak rental-rental buku yang laris manis bak kacang. Contohnya, rental-rental di sekitar kampus Brawijaya tumbuh subur dan semakin berlipat koleksinya. Hampir tiap hari saya melihat antrean mahasiswa yang pinjam komik. Hanya perlu dikoreksi, para orang muda indonesia membaca apa?. Bermanfaat kagak?
Jika kita ingin meningkatkan minat baca, maka murahkanlah harga buku. Bukan hanya komik yang diobral 10 ribu dapat 3 (di Gramedia ada loh!). Buku sebagai sarana transfer pemikiran, teknologi dan budaya memang menjadi satu-satunya sarana yang tak akan lekang dimakan waktu, sejauh belum lapuk atau hilang. Betapa sedihnya hati kita, karena buku koleksi kita banyak yang hilang hanya karena teman-teman meminjam tetapi lupa mengembalikan.
Jika sekarang jarang membeli buku, bukan berati urusan baca-membaca harus juga berhenti. Untungnya di Jawa Pos yang notabene memang jualan berita tersedia koran untuk dibaca. Selain itu, terima kasih kepada manajemen yang telah menyediakan internet, walau hanya bisa mengggunakan pada waktu longgar. Seringkali, tak cukup hanya di kantor. Setiap sabtu malam minggu, saya sempatkan minimal 3 jam ke Warnet untuk duduk di depan internet. Karena besoknya hari libur, sehingga takkan akan ada tanggungan jika harus sampai bergadang sampai subuh. Dan pula mendapatkan privasi yang lebih, dan perasaan bebas karena tidak mengganggu pekerjaan di kantor.
Sekarang yang menjadi masalah, banyak orang yang merasa sudah pintar hanya dengan membaca. Banyak yang pintar ngomong hanya karena membaca. Karena saya sangat benci orang yang bicara kosong, tak bermutu. Memang bukan tipikal saya untuk banyak bicara sebelum benar-benar tahu apa yang terjadi, dan tahu ada apa di balik semua ilmu yang saya peroleh dari buku.
Karena ilmu dari pengalaman yang didapatkan langsung akan lebih bagus dibagikan daripada hanya sekedar ilmu yang didapat dari buku.

Chatting dg Tuhan

TUHAN : Kamu memanggilKu ?
AKU: Memanggilmu? Tidak.. Ini siapa ya?

TUHAN : Ini TUHAN. Aku mendengar doamu. Jadi Aku ingin berbincang-
bincang denganmu.

AKU: Ya, saya memang sering berdoa, hanya agar saya merasa lebih
baik. Tapi sekarang saya sedang sibuk, sangat sibuk.

TUHAN : Sedang sibuk apa? Semut juga sibuk.



AKU: Nggak tau ya. Yang pasti saya tidak punya waktu luang
sedikitpun. Hidup jadi seperti diburu-buru. Setiap waktu telah
menjadi waktu sibuk.

TUHAN : Benar sekali. Aktifitas memberimu kesibukan. Tapi
produktifitas memberimu hasil. Aktifitas memakan waktu,
produktifitas membebaskan waktu.

AKU: Saya mengerti itu. Tapi saya tetap tidak dapat menghidarinya.
Sebenarnya, saya tidak mengharapkan Tuhan mengajakku chatting
seperti ini.

TUHAN : Aku ingin memecahkan masalahmu dengan waktu, dengan memberimu
beberapa petunjuk. Di era internet ini, Aku ingin menggunakan medium
yang lebih nyaman untukmu daripada mimpi, misalnya.

AKU: OKE, sekarang beritahu saya, mengapa hidup jadi begitu rumit?

TUHAN : Berhentilah menganalisa hidup. Jalani saja. Analisa-lah yang
membuatnya jadi rumit.

AKU: Kalau begitu mengapa kami manusia tidak pernah merasa senang?

TUHAN : Hari ini adalah hari esok yang kamu khawatirkan kemarin. Kamu
merasa khawatir karena kamu menganalisa. Merasa khawatir menjadi
kebiasaanmu. Karena itulah kamu tidak pernah merasa senang.

AKU: Tapi bagaimana mungkin kita tidak khawatir jika ada begitu
banyak ketidakpastian.

TUHAN : Ketidakpastian itu tidak bisa dihindari. Tapi kekhawatiran
adalah sebuah pilihan.

AKU: Tapi, begitu banyak rasa sakit karena ketidakpastian.

TUHAN : Rasa Sakit tidak bisa dihindari, tetapi Penderitaan adalah
sebuah pilihan.

AKU: Jika Penderitaan itu pilihan, mengapa orang baik selalu
menderita?

TUHAN : Intan tidak dapat diasah tanpa gesekan. Emas tidak dapat
dimurnikan tanpa api. Orang baik melewati rintangan, tanpa
menderita. Dengan pengalaman itu, hidup mereka menjadi lebih baik
bukan sebaliknya.

AKU: Maksudnya pengalaman pahit itu berguna?

TUHAN : Ya. Dari segala sisi, pengalaman adalah guru yang keras. Guru
pengalaman memberi ujian dulu, baru pemahamannya.

AKU: Tetapi, mengapa kami harus melalui semua ujian itu? Mengapa
kami tidak dapat hidup bebas dari masalah?

TUHAN : Masalah adalah Rintangan yang ditujukan untuk meningkatkan
kekuatan mental (Purposeful Roadblocks Offering Beneficial Lessons
(to)Enhance Mental Strength). Kekuatan dari dalam diri bisa keluar
dari perjuangan dan rintangan, bukan dari berleha-leha.

AKU: Sejujurnya ditengah segala persoalan ini, kami tidak tahu
kemana harus melangkah...

TUHAN : Jika kamu melihat keluar, maka kamu tidak akan tahu kemana
kamu melangkah. Lihatlah ke dalam. Melihat keluar, kamu bermimpi.
Melihat ke dalam, kamu terjaga. Mata memberimu penglihatan. Hati
memberimu arah.

AKU: Kadang-kadang ketidakberhasilan membuatku menderita. Apa yang
dapat saya lakukan?

TUHAN : Keberhasilan adalah ukuran yang dibuat oleh orang lain.
Kepuasan adalah ukuran yang dibuat olehmu sendiri. Mengetahui tujuan
perjalanan akan terasa lebih memuaskan daripada mengetahui bahwa kau
sedang berjalan. Bekerjalah dengan kompas, biarkan orang lain
bekejaran dengan waktu.

AKU: Di dalam saat-saat sulit, bagaimana saya bisa tetap termotivasi?

TUHAN : Selalulah melihat sudah berapa jauh saya berjalan, daripada
masih berapa jauh saya harus berjalan. Selalu hitung yang harus kau
syukuri,jangan hitung apa yang tidak kau peroleh.

AKU: Apa yang menarik dari manusia?

TUHAN : Jika menderita, mereka bertanya "Mengapa harus aku?". Jika
mereka bahagia, tidak ada yang pernah bertanya "Mengapa harus aku?".

AKU: Kadangkala saya bertanya, siapa saya, mengapa saya disini?

TUHAN : Jangan mencari siapa kamu, tapi tentukanlah ingin menjadi
apa kamu. Berhentilah mencari mengapa saya di sini. Ciptakan tujuan
itu. Hidup bukanlah proses pencarian, tapi sebuah proses penciptaan.

AKU: Bagaimana saya bisa mendapat yang terbaik dalam hidup ini?

TUHAN : Hadapilah masa lalu-mu tanpa penyesalan. Peganglah saat ini
dengan keyakinan. Siapkan masa depan tanpa rasa takut.

AKU: Pertanyaan terakhir. Seringkali saya merasa doa-doaku tidak
dijawab.

TUHAN : Tidak ada doa yang tidak dijawab. Seringkali jawabannya
adalah TIDAK.

AKU: Terima Kasih Tuhan atas chatting yang indah ini.

TUHAN : Oke. Teguhlah dalam iman, dan buanglah rasa takut. Hidup
adalah misteri untuk dipecahkan, bukan masalah untuk diselesaikan.
Percayalah padaKu. Hidup itu indah jika kamu tahu cara untuk hidup.


TUHAN has signed out.

Wajarkah.. (by Poppy)


Buletin Board dari "Poppy"

1. wajarkah tmn cewe km cium pipi km?
*wajaarr!!


2. wajarkah km peluk guru laki2 km?
*aihh..jgn sampe dh..npaiiin!!

3. wajarkah seusia km ngeroko?
*GAA!! ngrokok itu=ngebakar duit!!


4. wajarkah pake make up ke sekolah?
*wajar..asalakan ga mnor!!

5. wajarkah sebel sama org gara2 dy
jelek ?
*gaa..itu pmberian tuhan..

6. wajarkah km nonton BERDUA sm sahabat
LAKI- LAKI km ?
*wajar wajar ajaa..

7. wajarkah bilang lo- gue terhadap
sesama teman ?
*yaaaa wajar dong!!

8. wajarkah nampar adek kelas?
*ga wajar..sok senior bgt c..

9. wajarkah cewek nyatain perasaannya
ke cowok?
*wajar..dr pd dipndam!!


10. wajarkah seusia km pacaran?
*yiiihhhaaa..prtanyaannya..WAJAR BGT!!

11. wajarkah suka sama c dia?
*c dia siapa yah??

12. wajarkah minta nomor hp cowok/cewek
yg baru 10 mnt kita kenal?
*gaa wajar!!punya harga diri dong!!

13. wajarkah cium sahabat cowok km?
*cium mana satu nii?*lol

14. wajarkah bilang TA* ke kakak
kandungmu?
*aih..jgn atuh ga sopan!!

15. wajarkah begadang smpe jam 5 pg?
*wajaaaaaaarrrrrrrrrr!!

NU hanya jadi "Kuda"


membaca kolom Opini jawa pos Rabu,6 februari 2008. Tentang ide "pilkada kembali
ke pola lama". Tersirat bahwa adanya keinginan dari Kyai Hasyim dan Wahyudi Winarjo(penulis)untuk mengembalikan sistem pemilihan langsung oleh rakyat, dengan pemilihan via perwakilan.

Memang dalam sejarah kita, perwakilan dalah sistem yang telah kita anut selama
berpuluh-puluh tahun. Dalam Pancasila sila ke 4, tertulis dengan jelas.
Kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.
Sehingga sulit rasanya bahkan akan sangat tidak mungkin kita akan memodifikasi
dasar negara kita.

Saya kurang mumpuni dalam berpendapat politik. Yang saya ingin tekankan disini bahwa
apaun sistimnya saya sangat ytidak ingin dan tidak setuju jika "nahdlatul ulama"
dijadikan sebagai kendaraan bagi politikus untuk mencapai tujuannya. baik itu tujuan baik.

Nu bukan kendaraan politik. Eyang Hadratus Syeikh Hasyim Ashari tidak ingin umatnya
hanya jadi boneka yang mudah sekali ditipu dean dimanfaatkan. Saya pribadi sebagai cucu Eyang Hasyim Ashari, najis melihat para kyai dengan bangganya duduk sebagai politikus.
Bukankah Kyai (ulama) adalah penerus nabi, pelindung, pengayom umatnya.
walau tak menutup kemungkinan bisa saja untuk mencapai kemakmuran umat kita lewat berpolitik,tapi ingat banyak mudharatnya daripada manfaatnya , plus gede godaannya.
dan juga di politik kita tidak bisa 100% "amar ma'ruf, nahi munkar". Oleh karena itu apapun sistemnya, untuk mencegah "NU" dijadikan kendaraan bagi politikus licik kita mari kita berfilir dewasa.

Lokasi Hot Spot di Malang


Alhamdulllah, inovasi dari teman-teman Redaksi berguna banget. Pertanyaan saya selama 1 bulan ini terjawab sudah. Berikut Lokasi Hot Spot di Kota Malang yang saya dapat dari Teman-teman Redaksi Dan muncul pada Sorotan Minggu tanggal3 Februari 2008, tentunya perlu diedit juga oleh saya (biasa bahasa Jurnalistik, terlalu kaku dan kadang-kadang hanya berdasar dari Narasumber saja, eits... para Narasumber tak semuanya bisa dipercaya loh!!!) So, check this out:
Jalan ijen.
Alun-alun.
Stasiun ota baru.
Lobby Matos(nyampai Asrama Mahasiswa UM).
Stadion Gajayana (sebelah mana??).
Perpustakaan umum kota.
Tugu (balai kota)
Kantor DPRD.(gak Connect)
Brawijaya.(nyambung ke Watugong dan wilayah sekitar).
Kanjuruhan.
UM.
UMM (khusus mahasiswa).
ABM.
Unmer.
Unisma.
UIN.
polinema.
Uniga.

VARIABILITIES OF PUMMELO (C. grandis (L.) Osbeck) IN MAGETAN BASED ON MORPHOLOGICAL AND ISOZYME ANALYSES

KERAGAMAN TANAMAN PAMELO (Citrus grandis (L.) Osbeck) DI KABUPATEN MAGETAN BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI DAN ANALISIS ISOZIM

Mukhtarom Ali Rakhman1, Respatijarti2 dan Arifin Noor Sugiharto2

1)Alumni Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
2)Dosen Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

ABSTRACT
Information on genetic diversity in pummelo germplasm is necessary to support breeding programs and efforts of conservation. The objectives of this research were to know genetic diversity of pummelo germplasm collected from Magetan based on morphological and isozyme analyses and to know their phylogenetic. The research was conducted in Bendo and Sukomoro, Magetan from April to September 2005 by exploration and continued with isozyme assays in Laboratory of Molecular Biology, MIPA, Brawijaya University. Electrophoresis were chosen as isozyme observed Esterase (EST) and Aspartate aminotransferase (AAT) enzymes. Exploration resulted seven cultivars known as landrace in Magetan i.e., Gulung; Duku; Sri Nyonya; Adas Biasa; Adas Nambangan; Bali Merah and Bali Putih. Adas Nambangan had two different morphological characters namely, Nambangan A and Nambangan B. Genetic variabilities was detected on morphological traits, EST and AAT enzymes. Isozymes showed 9 to 12 banding patterns. Based on cluster analyses Adas Nambangan A has related to Adas Duku, Adas Nambangan B to Adas Biasa, Bali Merah to Bali Putih, and Gulung and Sri Nyonya to Adas Nambangan B and Adas Biasa.

Keywords: Citrus grandis, pummelo, shaddock, genetic variation, isozymes

ABSTRAK
Informasi tentang keragaman genetik plasma nutfah pamelo diperlukan untuk mendukung program pemuliaan dan upaya konservasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik plasma nutfah pamelo di Magetan berdasarkan karakter morfologi dan analisis isozim, dan juga untuk mengetahui kekerabatan diantara kultivar. Penelitian dilakukan di Bendo dan Sukomoro, Magetan pada bulan April sampai September 2005. Metode yang digunakan adalah eksplorasi dengan cara survei yang dilanjutkan dengan analisis isozim EST dan AAT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 7 kultivar yang dikenal oleh penduduk setempat yaitu Gulung; Duku; Sri Nyonya; Adas Biasa; Adas Nambangan; Bali Merah dan Bali Putih. Untuk Adas Nambangan mempunyai 2 jenis morfologi yang berbeda yang diberi nama Nambangan A dan Nambangan B. Keragaman terlihat pada morfologi daun, bunga, buah dan pada sistem enzim EST dan AAT dengan 9 dan 12 pola pita. Berdasarkan analisis cluster diketahui bahwa Adas Nambangan A berkerabat dengan Adas Duku, Adas Nambangan B berkerabat dengan Adas Biasa, Bali Merah berkerabat dengan Bali Putih dan Gulung dan Sri Nyonya berkerabat dengan Adas Nambangan B dan Adas Biasa.

Kata kunci: Citrus grandis, pamelo, keragaman genetik, isozim


PENDAHULUAN
Pembangunan agroindustri jeruk membutuhkan keberadaan varietas-varietas unggul sebagai sumber pemanfaatan dan pengembangan untuk menghasilkan varietas yang unggul. Keberagaman plasma nutfah jeruk mulai terancam. Sebagai contoh saat ini di Kelurahan Nambangan Lor dan Nambangan Kidul pamelo sudah punah. Kabupaten Magetan sebagai sentra terbesar produksi pamelo di Jawa Timur dan juga di Indonesia memiliki keragaman kultivar yang tinggi, tercatat ada 6 kultivar yang sudah pernah diteliti oleh Lolitjehortis, Tlekung. Evaluasi dan penyediaan informasi genetik menyediakan informasi tentang keragaman plasma nutfah atau perbedaan genetik diantara materi pemuliaan. Karakterisasi yang didukung oleh analisis isozim merupakan salah satu cara untuk melihat keragaman genetik tersebut. Di daerah tersebut dijumpai banyak kultivar pamelo, enam diantaranya telah mempunyai nama lokal dan telah dideskripsikan yaitu pamelo Gulung, Duku, Adas Nambangan, Bali Merah, Bali Putih dan Sri Nyonya, walaupun belum mencakup semuanya. Diduga ada lebih dari 10 kultivar dan dalam kultivar itu terdapat keragaman (Supriyanto et al., 1998). Oleh karena itu, diperlukan upaya penyediaan informasi tentang keberadaan dan keragaman plasma nutfah pamelo di Kabupaten Magetan berdasarkan karakter morfologi dan pola pita isozim dan untuk mengetahui hubungan kekerabatan antar kultivar yang berguna untuk pengembangan dan penyelamatan plasma nutfah pamelo di masa yang akan datang.

BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Bendo dan Sukomoro, Kabupaten Magetan dengan ketinggian 54-393 dpl, jenis tanah Entisol, suhu 22-26°C dan curah hujan 1.711-2.051 mm/tahun, untuk pengamatan morfologi dan Laboratorium Biologi Molekular, MIPA Universitas Brawijaya Malang untuk analisis isozim. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2005 sampai September 2005.
Alat untuk karakterisasi adalah daftar isian deskripsi yang dimodifikasi dari Supriyanto et al.,1998 dan Descriptors for Citrus, 1988, alat tulis menulis dan kamera. Untuk analisis isozim yaitu pipet, gelas ukur, timbangan analitik, sentrifuge dingin, satu set elektroforesis vertikal tipe studier, power supply, pipet mikro, magnetic stirer, pH meter, vortex mixer, shaker-water bath inkubator, tabung eppendorf, hamilton syringe, ice box dan cool chamber. Sedangkan untuk analisis data yaitu scanner, penggaris, kalkulator dan program Clad 97.
Bahan untuk karakterisasi adalah tanaman pamelo di Kecamatan Bendo dan Sukomoro, Kabupaten Magetan. Bahan yang digunakan untuk analisis isozim yaitu 8 sampel daun tanaman yang telah dikarakterisasi. Untuk ekstraksi daun menggunakan metode King et al., 1996. Untuk pembuatan gel dan buffer elektrolit menggunakan metode Indriani, 2002. Untuk pewarnaan Esterase (EST) dan Aspartate aminotransferase (AAT) dan fiksasi gel hasil elektroforesis menggunakan metode Weeden dan Wendel, 1989.
Karakter yang diamati yaitu warna tunas, permukaan batang atas, kepadatan duri (tanaman dewasa), posisi duri, panjang duri, bentuk duri, keadaan daun sepanjang tahun, tipe daun, warna, bentuk daun keseluruhan, bentuk helai daun, panjang daun, lebar daun, tepi daun, bentuk wing petiola, tipe kelamin bunga, warna bunga, diameter bunga, warna anther, jumlah stamen, jumlah putik, bulan berbunga, bentuk buah keseluruhan, diameter buah, bentuk dasar buah, bentuk ujung buah, warna kulit buah, warna daging buah, tekstur permukaan kulit, bentuk biji dan warna biji. Data hasil karakterisasi disajikan secara deskriptif disajikan dengan menyederhanakan dan menata data untuk memperoleh gambaran secara keseluruhan dari karakteristik yang diamati. Data kualitatif diubah ke dalam data biner dalam bentuk matriks untuk mengetahui kedekatan kekerabatan berdasarkan karakter morfologi sedangkan data kuantitatif tidak diubah dalam data biner karena perbedaannya kurang tegas. Untuk analisis isozim, sampel daun muda fully developed dari 8 kultivar diekstraksi, dielektroforesis, staining kemudian difiksasi. Pola pita yang dihasilkan diterjemahkan menjadi data biner, yaitu nilai 1 bila ada pita dan nilai 0 bila tidak ada pita pada satu posisi yang sama antar sampel dari tiap enzim yang diuji. Tiap-tiap pita yang didapatkan dihitung nilai mobilitas relatifnya (Rf) yang merupakan nilai perbandingan antara jarak pita dengan jarak batas akhir running. Analisis kekerabatan antar kultivar dilakukan dengan membentuk pengelompokan yang digambarkan dalam dendogram dengan cara memasukkan data biner pada program Clad 97.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil survei di lapang dan informasi dari Lolitjehortis Tlekung, petani, koperasi pamelo dan dinas pertanian setempat, terdapat 7 kultivar pamelo yang umum dikenal oleh masyarakat Magetan yaitu Adas Nambangan, Adas Biasa, Adas Duku, Sri Nyonya, Bali Merah, Bali Putih dan Gulung. Untuk Adas Nambangan mempunyai 2 morfologi yang berbeda pada bentuk wing petiola, bentuk buah dan warna daging buah.
Berdasarkan pengamatan, pada 7 kultivar pamelo yang ada di Kecamatan Bendo dan Sukomoro, Magetan terdapat keragaman pada bentuk daun (Gambar 1) yaitu panjang daun, lebar daun, bentuk tepi daun, bentuk wing petiola; Bunga (Gambar 2) yaitu warna anther, jumlah stamen; seluruh karakter buah (Gambar 3) kecuali diameter buah dan seluruh karakter biji (Gambar 4). Data kualitatif tersebut kemudian diubah ke data biner dalam bentuk matrix untuk melihat kedekatan kekerabatannya berdasarkan analisis cluster (Gambar 6) sedangkan data kuantitatif dan data bunga tidak diubah ke data biner. Data kuantitatif tidak diubah ke matriks karena perbedaannya kurang tegas sedangkan data bunga tidak lengkap. Panjang daun berkisar 10,8-15,8 cm dengan lebar 4,65-8,05 cm. Bentuk daun dan bentuk helai daun pamelo yaitu brevipetiolate dan ovate, akan tetapi pada bentuk tepi daun dan bentuk wing petiole terdapat perbedaan (Gambar 1). Bentuk tepi daun beragam dari entire, sinuate dan gabungan bentuk entire-sinuate serta bentuk obdeldate, obcordate dan obovate pada wing petiole. Kultivar Bali Putih mudah dibedakan dari kultivar lainnya dikarenakan ada rambut kasar baik pada permukaan atas maupun bawah daunnya. Pada kultivar Adas Nambangan ditemukan 2 bentuk wing petiole yang berbeda yaitu Obcordate untuk jenis A dan Obdeltate untuk jenis B. Pada Bali Merah anther terlihat kuning dengan 25 stamen sedangkan pada Sri Nyonya, Nambangan, Duku dan Gulung berwarna kuning pucat dengan 30-40 stamen (Gambar 2) sedangkan Bali Putih dan Adas Biasa tidak ditemukan bunga saat penelitian. Bentuk buah keseluruhan beragam dari obloid, pyroform dan spheroid. Dengan dasar buah berbentuk depressed dan truncate. Convex, necked dan truncate untuk bentuk ujung buah. Warna kulit buah masak pada kultivar Bali Merah dan Bali Putih tetap hijau. Pada Duku, Adas Nambangan dan Adas Biasa dominan kuning sedangkan pada Sri Nyonya dan Gulung hijau kekuning-kuningan (Gambar 3). Permukaan kulit buah pamelo secara keseluruhan terasa halus dengan bintik-bintik teratur, kecuali pada Bali Putih terasa lebih kasar akibat adanya bulu yang tebal sedang pada Bali Putih bulunya lebih halus.. Warna daging buah pamelo beragam dari merah, merah muda dan kekuning-kuningan (Gambar 4). Pada kultivar Bali Merah tidak ditemukan biji (seedless). Biji pada pamelo umumnya berbentuk semi spheroid dengan warna krem, kecuali pada kultivar Duku yang berwarna putih (Gambar 4).
Berdasarkan analisis gel AAT tampak ada 9 pita dan terdapat 5 pola pita. Dari data biner enzim AAT didapatkan dendogram hubungan kekerabatan pamelo berdasarkan tingkat kesamaan atau koefisien similaritasnya (Gambar 6).









Enzim EST pada pamelo menunjukkan12 pola pita. Total pita yang tampak adalah 12 pita. Dari data biner enzim EST didapatkan dendogram hubungan kekerabatan pamelo berdasarkan tingkat kesamaan atau koefisien similaritasnya (Gambar 7).

Data biner dari morfologi karakter kualitatif morfologi, enzim EST dan AAT yang dimasukkan dalam program Clad 97 diperoleh dendogram sebagai berikut :


Gambar 8. Dendogram hubungan kekerabatan pamelo berdasarkan koefisien similaritas pada karakter morfologi, enzim EST dan AAT.

Berdasarkan pengamatan morfologi dan dendogram kekerabatannya buah Adas Biasa tidak sama dengan Adas Nambangan B, tetapi lebih mirip dengan Adas Gulung. Namun berdasarkan dendogram enzim AAT dan Esterase diketahui bahwa Adas Biasa lebih berkerabat dekat dengan Adas Nambangan B dan berkerabat jauh dengan Gulung. Hal ini menunjukkan bahwa fenotip suatu organisme dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan sehingga validitasnya kurang jika dijadikan patokan utama untuk menentukan kekerabatan. Dari semua dendogram (Gambar 5, 6, 7 dan 8) dapat dilihat bahwa Adas Nambangan B selalu membentuk kelompok sendiri dan berkerabat dekat dengan Adas Biasa sebagai akibat dari faktor fenotip (morfologi) dan genotip (isozim) yang sama, sehingga dapat diduga bahwa terdapat gen-gen yang identik dari Adas Nambangan B dan Adas Biasa.

KESIMPULAN
Terdapat keragaman pada bentuk daun: panjang daun, lebar daun, bentuk tepi daun, bentuk petiola ; bunga: warna anther, jumlah stamen ; seluruh karakter buah kecuali diameter buah; dan seluruh karakter biji. Pada enzim AAT total pita yang tampak ada 9 pita dan terdapat 5 pola pita. Pada enzim EST total pita yang tampak ada 12 pita dan terdapat 12 pola pita. Dapat diketahui bahwa kultivar Adas Nambangan A berkerabat dekat dengan Adas Duku; Adas Nambangan B dengan Adas Biasa dan Bali Merah dengan Bali Putih. Sedangkan Gulung dan Sri Nyonya lebih berkerabat dekat dengan Adas Biasa dan Adas Nambangan B

DAFTAR PUSTAKA
Acquaah, G. 1992. Practical protein elektrophoresis for genetic research. Dioscorides Press. Portland Oregon. p. 127

Hadiati, S., Murdaningsih, A. Baihaki dan N. Rostini. 2002. Variasi pola pita dan hubungan kekerabatan nanas berdasarkan analisis isozim. Zuriat 13 (2): 65-86

Hadiati, S. dan D. Sukmadjaja. 2002. Keragaman pola pita beberapa aksesi nenas berdasarkan analisis isozim. J. Biotek. Perta. 7 (2): 62 – 70

Indriani, F. C. 2002. Keragaman genetik plasma nutfah kenaf (Hibiscus cannabinus L.) dan beberapa spesies yang sekerabat berdasarkan analisis isozim. Thesis. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

IPGRI. 1999. Descriptors for Citrus. International Plant Genetic Resources Institute. Rome. Italy.

King, B. J., L.S. Lee and P. T. Scott. 1996. Identification of triploid citrus by isozyme analysis. Euphytica 90 : 223 – 231Singh, G. 1999. Plant systematics. Science Publishers. USA. p. 196 -217

Supriyanto, A. , E. Legowo, P. Santoso, M. Sugiyarto, Djoema’ijah, Hardiyanto, Suhardi, A. Triwiratno, O. Endarto, Sutopo, D. P. Saraswati, B. Victor, Suharyono, Setiono dan S. Nurbana. 1998. Laporan pengkajian teknologi sistem usaha pertanian berbasis jeruk bebas penyakit mendukung rehabilitasi daerah sentra produksi di Jawa Timur. BPTP Karangploso. Malang. p. 1, 4, 6, 10 dan Lampiran

Torres, A. M. dan Bergh. 1980. Fruit and leaf isozymes as genetic markers in avocado. J. Amer. Soc. Hort. Sci. p. 105, 614-619

Torres, A. M., Soost, R. K. and Didenhofen. 1978. Leaf isozymes as genetic markers in citrus. Amer. J. Bot.

Weeden, N. F. and J. F. Wendel. 1989. Genetic of plant isozyme in plant biology (ed. D. E. Soltis and P. S. Soltis). Dioscorides Press. Oregon. p. 46-63

Agroklimatologi

A.PENDAHULUAN
Agroklimatologi adalah ilmu iklim yang mempelajari tentang hubungan antara unsur-unsur iklim dengan proses kehidupan tanaman.
Yang dipelajari dalam agroklimatologi adalah bagaimana unsur-unsur iklim itu berperan di dalam kehidupan tanaman.
Kita akan mempelajari bagaimana agar fotosintesis bisa tinggi, respirasi optimal, transpirasi normal, sehingga hasil bisa tinggi. Arah dari ilmu ini adalah bagaimana fotosintesis bisa lebih tinggi dari Respirasi yang dipengaruhi unsur udara dan air.
Kisaran Agroklimatologi :
Radiasi
Suhu
Kelembapan Udara
Angin
Awan
Hujan
Gas



B.FENOMENA PRODUKSI TANAMAN DAN PERUBAHAN CUACA/IKLIM
Mengapa hasil produksi tanaman padi Indonesia lebih rendah daripada subtropis.
Unsur Iklim
Tropis
0-23,50 LU/LS
Sub Tropis
23,5-66,50 LU/LS
Tanaman
Radiasi
Rata-rata energinya tinggi
Energi yang tinggi terjadi secara maksimal
Radiasi untuk fotosintesis, transpirasi (1gr air = 580 calori), sehingga tropis fotosintesisnya tinggi tetapi selektif dan dipengaruhi tingkat kejenuhan, foto periodisitas, C3,C4/AM.
Suhu
Rata-rata tinggi
=
t max relatif rendah dan t min relatif tinggi
(36-200C)
Suhu rata-rata relatif rendah, t max tinggi , t min rendah
(0/5-40/450C)

Awan
Keawanan tinggi
Keawanan rendah

Angin
Secara umum bertekanan rendah, pergerakan rendah.
Bertekanan tinggi, banyak badai akibat pergerakan udara yang ekstrim/kencang


Di tropis energi matahari 40-60% untuk evapotranspirasi, hanya 1-2% saja untuk fotosintesis. Setiap aktivitas tanaman mempunyai suhu kardinal (kisaran suhu yang diperlukan oleh tanaman untuk bisa hidup dan berkembang yang kisarannya suhu max sampai suhu min, dan bila berada diluar suhu kardinal aktivitas tanaman akan terganggu.
Aktivitas negatif maka akan terjadi
+ pembongkaran/perusakan organ.
0
- - Suhu maksimal dan minimal berpengaruh
besar terhadap tanaman. Apabila rata-rata
min max suhu tinggi, suhu minimum tinggi maka cardinal aktivitas Respirasi tinggi.
1.Aktivitas di daerah tropis yaitu bila siang Fs + Rs beresiko kecil karena Respirasi diimbangi Fotosintesis. Fs – Rs = KH sisa. Pada malam hari Karbohidrat sisa tadi akan dipakai Respirasi, apabila suhu minimum malam hari tinggi, maka Karbohidrat akan banyak dirombak sehingga sisanya sedikit/turun sehingga berpengaruh terhadap hasil produksi. Hal inilah yang menyebabkan hasil panen padi Indonesia(tropis) lebih rendah daripada subtropis.
2.Subtropis .Karbohidrat sisa dikurangi tingkat respirasi yang rendah sehingga Karbohidrat sisa lebih banyak.
3.Suhu kardinal berdampak terhadap kehidupan tanaman. Dimana tiap tanaman punya suhu kardinal yang berbeda-beda sehingga sebelum menentukan tanaman yang akan dibudidayakan kita harus tahu fluktuasi suhu suatu area dan suhu kardinal suatu tanaman.
Contoh : Suatu area bersuhu 5-400C. Bila ingin ditanami kentang yang bersuhu kardinal 8-300C maka kemungkinannya bisa dikembangkan di area itu tetapi resikonya harus diperhitungkan. Yaitu resiko terhadap dampak suhu rendah dan dampak suhu tinggi.
Sehingga setidaknya daerah yang cocok kisarannya 10-300C, dikarenakan resikonya kecil.
4.Perlunya suatu pengetahuan tentang suhu kardinal sehingga kita bias menentulan jenis budidaya yang abik atau cocok.
5.Tanaman mempunyai RESPON TERHADAP VARIASI SUHU (Thermoperiodisme) terutama suhu maksimum dan suhu minimum.
Yang dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
a)Fotothermal yaitu respon tanaman terhadap suhu maksimum. Beberapa tanaman punya respon terhadap suhu maksimum yang tinggi atau tahan contohnya tanaman minyak atsiri, cabe.
b)Nyctothermal yaitu respon tanaman terhadap suhu minimum, contohnya tanaman yang memproduksi umbi-umbian.


C. RADIASI MATAHARI DAN KEHIDUPAN TANAMAN
Di dalam kaitannya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a.Tanaman
Yaitu aktivitas metabolisme tanaman baik anabolisme seperti fotosintesis yang menyediakan makanan berupa asimilat bagi tanaman, juga katabolisme seperti respirasi, yang menyediakan energi dalam bentuk ATP.
b.Unsur-unsur radiasi matahari sebagai sumber energi dalam bentuk cahaya maupun thermal, juga unsur-unsur dari radiasi.yang meliputi :
Intensitas radiasi (menggambarkan jumlah energi matahari dalam satuan Calori, Joule, watt/m2).
Periodisitas (menggambarkan lama matahari bersinar selama 24 jam.
Kualitas (menggambarkan spectrum cahaya yang dikandung).
Istilah-istilah yang perlu diketahui dalam bahasan tersebut adalah :
Radiant Flux Density adalah jumlah total energi matahari yang sampai pada suatu luasan permukaan tertentu (luasan permukaan daun). Dengan simbol Rs
Rs atau RFD
Black Body Radiation adalah jumlah energi matahari yang dipancarkan oleh suatu permukaan setelah permukaan tersebut menyerap energi matahari secara maksimal yang diterima di atasnya. Dimana kekuatan melepasnya sangat ditentukan oleh kemampuan menyerap energi yang berbeda yang ditentukan warnanya.
RFD atau Rs
BBR

Solar Constant (tetapan Radiasi) adalah jumlah energi matahari yang sampai pada permukaan terluar dari sistem atmosfer bumi. Apabila pada tanaman maka adalah jumlah energi yang akan masuk ke tajuk atau canopi.
Emisivitas adalah nilai yang menyatakan kemampuan suatu permukaan untuk memancarkan energi.

Absorbtivitas adalah nilai yang menyatakan kemampuan suatu permukaan untuk menyerap energi

contoh kasus : Apabila di daun maka ada Energi yang diserap, diteruskan dan dipantulkan.
Rr RFD/Rs r = refleksi
t = transmisi
s = surface
Rt
Sehingga tergantung dari sifat daunnya untuk memantulkan dan meneruskan cahaya. Jika semakin vertikal maka kemampuan memantulkan lebih besar, dimana sifat meneruskan tergantung dari kandungan klorofil bila lebih terang maka kemampuan meneruskan lebih besar.

Reflektivitas adalah nilai yang menyatakan kemampuan suatu permukaan untuk memantulkan energi.
r = Rr = RrL + Rr S
Albedo Reflektivitas adalah nilai yang menyatakan kemampuan suatu permukaan untuk memantulkan radiasi gelombang pendek dan nilainya diperhitungkan sama dengan
Transmisivitas adalah nilai yang menyatakan kemampuan suatu permukaan untuk meneruskan energi.
Didalam system budidaya t yang lebih tinggi, maka distribusi cahaya lebih tinggi, sehingga cahaya merata dan dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Turbiditas adalah kemampuan suatu tajuk untuk mengurangi jumlah energi matahari yang masuk ke atmosfer daun.
Turbiditas adalah kebalikan dari transmisivitas
Semakin tinggi nilai Turbiditas maka jumlah energi yang masuk akan semakin kecil.
Reradiasi adalah jumlah energi yang dipancarkan oleh suatu permukaan (Black Body Radiation) tetapi lebih cenderung ke sifatnya.
Irradiasi adalah jumlah radiasi matahari yang diserap atau ditampung oleh permukaan Irradiasi = RFD.
D. FOTOSINTESIS
Fotosintesis terdiri dari beberapa tahapan antara lain :
I.Difusi CO2 yaitu proses mengalirnya CO2 dari atmosfer ke jaringan. Difusi sangat tergantung pada perbedaan konsentrasi di tanaman dan udara.[CO2] rendah terjadi karena diubah menjadi C6H12O6.
II.Fotokimia adalah peristiwa penggunaan energi yang diserap, digunakan untuk proses fotolisis.

H2O H+ DAN OH-
CO2 CO2 + OH-
1 MOL CO2 1 MOL C6H12O6
ENERGI 112.000 CALORI
III.Biokimia yaitu proses pembongkaran karbohidrat menjadi protein, vitamin, lemak, hormon dan seterusnya (metabolisme sekunder).
C6H12O6 protein, lemak, vit, hormon
Enzimatis dan dipacu oleh suhu dan suhu sangat ditentukan oleh absorbtivitas. Suhu adalah ukuran Ek=1/2mV2
V= menggambarkan aktivitas molekul dan ditentukan oleh absorbtivitas.





E. RADIASI SINAR MATAHARI
Terdiri dari :
1.FIR =FAR INFRA RED = >10
2.NIR = Near Infra Red = 0,76-1
3.PAR = Photosyntethic Acrive Radiation = 0,4 - 0,76
4.UV = = < 0,4

Oleh tajuk I0 akan direspon absorbsi + transmisivitas = 1
Pada daun PAR lebih banyak, sedang pada tunas NIR lebih banyak.
Sehingga bila Io dan bagian-bagiannya(NIR, FIR,dll) masuk maka akan bereaksi dengan bagian tajuk secara bervariasi. Tingkat variasi Io akan diperlihatkan dengan
HUKUM BEER
I = jumlah energi yang masuk ke dalam tajuk
e = eksponensial
a = koefisien pemadaman cahaya, yaitu kemampuan tajuk untuk mereduksi cahaya. Jika nilai a semakin tinggi maka kemampuan menghambatnya akan tinggi, cahaya terhambat. Nilai a kurang dari 1,0 hal ini berkaitan dengan transmisivitas.
Dimana nilai a untuk tiap jenis tanaman berbeda-beda. Contoh = 0,6-0,8 pada Jagung.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai a :
1.Struktur dari tajuk, semakin menyebar maka nilai a akan lebih tinggi ct : pada cemara, sedang pada palem rendah.
2.Kerapatan tajuk = kerapatan daun yang menyusun tajuk. Tajuk rapat (banyak daun nilai a akan semakin tinggi.
3.Sudut daun yaitu sudut yang dibentuk oleh helaian daun terhadap batang. Semakin besar sudut daun (horizontal) maka nilai a semakin tinggi.
4.Warna daun, apabila berwarna lebih gelap maka kemampuan menyerap lebih tinggi sehingga yang diteruskan sedikit sehingga a tinggi.
K = Indeks Luas Daun =
Semakin besar nilai K (ILD) maka jumlah energi matahari semakin kecil karena pangkat (-)

F. PERUBAHAN KUALITAS CAHAYA MATAHARI DAN RESPON TAJUK
Koefisien refleksi, transmisi dan absorbsi dari rata-rata daun hijau

PERANAN SPEKTRUM CAHAYA
SPEKTRUM
WARNA
PERANAN
> 1,0
Infra red (FIR)
Diserap tanaman dan dikonversikan dalam panas, mempengaruhi transpirasi
0,72-1,0
Infra red
Untuk pemanjangan tanaman(etiolasi)
Fotoperiode perkecambahan
Pembungaan
Warna buah(pigmen)
0,61-0,72
Jingga
Diserap klorofil
0,51-0,61
Hijau
------------
0,40-0,51
Biru
Diserap klorofil
0,315-0,40
Violet
Daun pendek, tebal
0,28-0,315
UV
Merusak organ tanaman
< 0,28
UV
Tanaman mati
Kelebihan dari cahaya infra red(gel. Pendek) meNyebabkan tanaman etiolasi, contohnya pada tanaman yang dibudidayakan di glasshouse.
Peranan energi matahari
PAR untuk Fotosintesis, Infra red dan UV untuk thermal dan proses Fotomorfogenetik yaitu proses fotosintesa hormon/aktivitas metabolisme dalam organ tanaman yang dirangsang cahaya.
Klorofil menyerap energi matahari sebanyak 10 quanta, dimana 1 mol quanta satara 10 einstein(520 K calori)
Efisiensi fotosintesus = 112/520 = 21,5%. Jika radiasi yang hilang akibat refleksi= transmisi 20% dan energi matahari dari spektrum 40%  efisiensi maksimum = 0,250(1-0,20)x 0,40 = 6,9 % dari RFD
Tanaman tidak efisien dalam menggunakan matahari, misalnya
1.Refleksi : transmisi sebagian energi terbuang dan sangat dipengaruhi oleh komponen tajuk tanaman.
2.Selektivitas : organ tanaman tidak memanfaatkan energi yang ada pada permukaan , hanya spectrum merah dan biru saja yang digunakan. Kenapa tanaman mempunyai selektivitas ?
Karena klorofil yang dipunyai tanaman tidak hanya 1 jenis tetapi bermacam-macam. Radiasi yang ada di permukaan daun ditangkap tergantung dari klorofilnya.
Adanya Fitokhrom.
3.Respirasi adalah katabolisme yang akan mengurangi hasil aktivitas klorofil.
Efisiensi energi Matahari adalah
jumlah karbohidrat yang dihasilkan =
efisiensi semakin rendah bila tingkat respirasi tinggi.

.Derajat Kejenuhan.
Respon tiap tanaman berbeda-beda. Apabila tingkat kejenuhan rendah maka membutuhkan energi matahari yang lebih rendah untuk tanaman yang butuh naungan. Efek tanaman yang ternaungi yang dipindahkan pada tempat terbuka maka epidermis akan menebal, struktur grana tidak beraturan.

G. SUHU DI DALAM TAJUK TANAMAN
Sumber energi di dalam tajuk didapatkan dari :
Langsung, yaitu dari radiasi, konduksi, turbulensi, konveksi, reradiasi, aktivitas tanaman dalam menyumbang panas.
Tidak langsung yaitu dari transformasi energi kimia dalam proses exothermic, konversi energi radiasi menjadi panas.
Sehingga suhu sebagai thermoregulator : pengendali, pengatur aktivitas enzymatic pada proses Biokimia yaitu perubahan karbohidrat menjadi senyawa-senyawa kompleks dengan bantuan enzim.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suhu tajuk
Dimana sifat dari tajuk tergantung dari suhu lingkungan yang ada di luar tajuk dan energi yang ada di permukaan yang diikuti proses :
KONDUKSI : proses pengaliran panas dari satu permukaan ke permukaan yang lain dengan rumusan EK= 1/2mv2. Semakin tinggi energi mathari v juga akan tinggi sehingga energi kinetiknya tinggi yang berakibat suhu semakin tinggi. Pada tanaman tahunan semisal Cengkeh, Energi yang diterima rendah, dimana suhu rendah akan menyebabkan kuncup bunga menjadi terhambat.
PROSES PERPINDAHAN PANAS
H = -aw.Cp.Kh.
G = K.
I = I.-ax
I = 4 = 3,67.10-5 erg
=perbedaan suhu udara dan tajuk
4 = panas yang akan dipindahkan.
BOUNDARY LAYER yaitu hambatan Tu dan tajuk.Tu < Tt maka konveksi terjadi dari dalam tajuk ke luar tajuk sehingga suhu di dalam tajuk akan turun. Apabila suhu ekstrim maka akan mengganggu aktivitas tajuk.
TURBULENSI adalah proses percepatan massa udara di dalam dan di luar tajuk, untuk mengatur keseimbngan pergerakan udara yang ada di dalam tajuk. Contohnya bila udara panas maka udra akan mengalir ke dalam tajuk maka Tt akan naik dansebaliknya Tt akan memacu aktivitas dan segera akan dibuang bila tidak, maka akan menyebabkan kerusakan. Pemangkasan dan pengguguran daun dilakukan agar sirkulasi udara berjalan normal.
PERTAMBAHAN SUHU , MENGAKIBATKAN SUHU DI Tt lebih tinggi di Tu.
1)Sumber energi diperoleh dari reradiasi (permukaan daun yang melepaskan energi
2)Sirkulasi di dalam tajuk lebih lambat, semakin lambat pergerakan udara maka keseimbangan akan lebih cepat terwujud.

H. SITUASI SUHU YANG ADA DI TAJUK
Macam-macam Tajuk
Respon tajuk terhadap suhu berkaitan erat dengan suhu udara. Permukaan tajuk apabila terkena suhu maka akan terjadi keseimbangan sesuai Asas Black.
Hubungan Ttajuk dan Tudara
Jika Tu berubah maka Tt ikut berubah dan fisiologis dari tanaman juga berubah. Laju konduksi da konveksi suhu ditentukan oleh gradient suhu udar dan tajuk, jika semakin tinggi graientnya maka laju konduksi dan konveksi semakin tinggi.
Konveksi H= -
Konduksi G = arti tanda – adalah kehilangan.
Apabila terjadi keseimbangan G/H=0, maka sudah tidak terjadi lagi pengaliran panas.
a)Jika suhu udara(Ta) naik maka ta akan naik, akan naik akan terjadi pelepasan panas dari udara ke tajuk dan suhu tajuk(tt) akan naik dan akan berdampak ke aktivitas tanaman, terutama dari suhu maksimum ataupun minimum.
b)Jika suhu udara turun atau rendah maka tudara turun,akan tetap tinggi, kenapa tetap tinggi. Dikarenakan hanya menggambarkan selisih dari yang merupakan nilai mutlak. Tajuk melepas panas dengan cara Konveksi, sehingga Ttajuk turun.

KENAPA Ta /Tudara YANG DIPERMASALAHKAN
Karena variasi suhu yang ada di atmosfer sangat besar dikarenakan pergerakan udara sangat besar dan bebas, sedangkan di tajuk terbatas. Sehingga panas di udara cepat tersebar walaupun sebenarnya tanaman juga bisa juga menghasilkan panas.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUHU TAJUK
a.Faktor luar
b.Aktivitas di dalam tajuk
Radiasi adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang artinya di dalam tajuk, daun setelah menyerap energi secara maksimal maka akan dipancarkan kembali dalam bentuk panjang gelombang yang berbeda (Reradiasi), permukaannya disebut BLACK BODY RADIATION. Dengan rumusan I = 4 dimana I dalah jumlah energi dari Black Body Radiation; T dalah suhu mutlak ; adalah emisivitas sedangkan adalah konstanta Stefan Boltzman 6,625.10-27. Kita biasa menghitungnya dengan Lux Meter.
Panas dari daun ada yang dilepaskan keatas dan kebawah jika berlebih. Energi yng dilepskan itu diekspresikan dalam bentuk suhu tajuk sehingga Ttajuk bisa lebih tinggi dari Tudara. Dengan alasan :
Sumber peningkatan suhu adalah dari reradiasi setiap daun sehingga energi yang direradiasikan terkumpul menjadi Ttajuk.
Sirkulasi udara di tajuk relative lambat dimana Ttajuk dan Tudara akan saling menyeimbangkan, apabila semakin lambat sirkulasinya> keseimbangan akan cepat terjadi.

YANG MENENTUKAN PROFIL SUHU TAJUK ATAU VARIASI SUHU ANTAR TAJUK
1.Distribusi tajuk/daun
2.factor luar yang berpengaruh langsung yaitu suhu udara dan radiasi matahari.
Sehingga dengan pengetahuan ini kita bias memanipulasi kebutuhan suhu baik untuk fase vegetatif, inisiasi pembungaan dan proses fisiologis yang lainnya yang kita inginkan. Untuk menghitung Laju kecepatan Gradient keseimbangan bias dihitung dengan Rumus H dan g sedang untuk menentukan suhu kardinal adalah dengan Growth Chamber.




I.SUHU TANAH
Fluktuasi suhu dalam tanah akan berpengaruh langsung terhadap aktivitas perakaran. Apabila suhu tanah naik akan berakibat berkurangnya kelengasan/kandungan air dalam tanah sehingga unsure hara sulit diserap tanaman., sebaliknya jika suhu tanah rendah maka akan semakin bertambahnya kandungan aiar dalam tanah, dimana sampai pada kondisi ekstrim terjadi pengkristalan. Akibatnya aktivitas akar/respirasi semakin rendah mengakibatkan translokasi dalam tubuh tanaman jadi lambat sehingga proses distribusi unsure hara jadi lambat dan akhirnya pertumbuhan tanaman jadi lambat. Suhu tanah yang tinggi respirasinya tinggi, CO2 dalam tanah tinggi sehinggga merangsang peningkatan suhu, sehingga hasil fotosintat bisa tersebar.
Yang mengakibatkan Fluktuasi suhu tanah adalah :
a.Diffuse Radiation = radiasi yang jatuh ke tanah melalui proses refleksi
b.Dirrect Radiation = radiasi yang jatuh ke tanah melalui proses tranmisi
Sumber Suhu Tanah :
Absorpsi radiasi matahari
Rn = H + S + E NERACA ENERGI
Jika E tinggi berarti panas banyak yang disimpan dalam bentuk uap, Agar Rn(Radiasi yang digunakan oleh tanah) banyak dipakai untuk S(save) maka H dan E harus diperkecil. Manfaat naiknya suhu tanah adalah untuk mempercepat umur tanaman.
Respirasi, apabila respirasi tinggi maka jumlah CO2 akan tinggi, menaikkan suhu sekitar 0,5-10C yang berdampak pada aktivitas enzimatik sehingga produk tanaman terpengaruh.
Aktivitas Dekomposisi , terjadi akiabat adanya bantuan mikroorganisme dari sisa-sisa bagian tanaman yang dihancurkan jadi sesuatu mis : tanah sehingga suhu tanah naik dan panas akan bertambah.
Geothermal


Free Convection = adalah proses konveksi karena adanya dorongan tenaga dari luar misalnya angin. Yang terjadi akibat adanya perbedaan.
-3()1/4(te-Ta)
Force Convection H = 5,86X10-3()1/2(Te-Ta)
= kecepatan angin

Faktor Yang Dipengaruhi Oleh Suhu Tanah :
Sifat Fisik Tanah yaitu Struktur, tekstur, porositas, warna, slope
Apabila strukturnya padat maka porositas rendah, kebalikannya struktur remah maka porositas tinggi sehingga proses pengaliran lancer. Apabila warnanya terang daya pantulnya tinggi daya serapnya rendah begitu sebaliknya warna gelap maka daya pantul rendah, daya serap panas tinggi sehingga suhu naik.
Kondisi Air, apabila tanah banyak mengandung air maka suhu yang terserap akan banyak digunakan untuk penguapan.
Kandungan Bahan Organik. BO mempunyai kemampuan untuk menahan energi, menyerap air, kandungan unsure hara tinggi dan memperbaiki struktur tanah.
Situasi Lingkungan baik Fisik maupun Biotik
Lingkungan Fisik meliputi kelembapan udara, radiasi, angina. Iotik meliputi vegetasi yan ada di permukaan tanah.
Sehingga tanah merupakan penghantar panas yang jelek, karena begitu mendapatkan sumber panas, sumber tersebut akan terus ditangkap sampai maksimum/tidak mampu lagi, setelah itu baru dialirkan secara konduksi.
Jika ada reradiasi, terdapat pembebasan radiasi tanah maka reradiasinya semakin tinggi dan suhu yang dilepas semakin tinggi pula, setara Hukum Black Body Radiation. Digunakan untuk menjaga keseimbangan suhu dalam tanah.

J. HEAT UNIT / DEGREE DAYS
Merupakan implikasi dari pemanfaatan data suhu. Heat Unit adalah jumlah satuan panas yang diperlukan oleh suatu tanaman untuk mencapai fase/stadia tumbuh tertentu. Di dalam fase pertumbuhannya tanaman membutuhkan suhu cardinal, dari benih-berkecambah-vegetatif-vegetatif aktif-generatif-masak-mati.
Di dalam pertumbuhannya dari tiap fase mempunyai aktivitas proses metabolisme yang dipengaruhi factor dalam dan factor luar. Salah satu factor luar adalah suhu :
Aktivitas tanaman akan naik atau turun tergantung dari suhu “ Hukum Van Hoff”, aktivitas metabolisme tanaman akan melipat 2X lipat setiap naik 10oC untuk kisaran suhu 0o-30oC.
Suhu di dalam tanaman dipengaruhi juga suhu dari luar tanaman itu.
Heat Unit / Degree Days adalah Dimana adalah suhu rata-rata harian, sedang t min adalah suhu cardinal minimum.

MANFAAT HEAT UNIT
1.Kita bisa mengetahui kapan tanaman tersebut melakukan stadia tumbuhnya.
2.Kita bisa mengetahui umur dari suatu tanaman.
3.Kita bisa merancang pola tanam.
4.Kita bisa mengatur stok per tanaman yang digunakan untuk bahan baku.


Dari benih untuk berkecambah jagung membutuhkan suatu satuan panas tertentu, contohnya : + 50 heat unit untuk kecambah
+ 100 HU untuk generatif
+ 1000 HU untuk masak
Sehingga semakin tinggi Heat Unit yang dikumpulkan maka akan semakin cepat fase pertumbuhannya. Jika untuk keluar malai jantan butuh 750 HU maka di Cangar untuk berbunga butuh waktu = 107 hari
Di Surabaya =45 hari
Bagaimana menentukan satuan Heat Unit tiap fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman? Caranya :
Tanggal
Suhu Rata-rata
Kondisi tanaman
Heat Unit(-t min)




Dst.




Dst.
Biji
Kecambah
Daun pertama
Keluar malai
Dst.






= suhu rata-rata udara yang ada di lingkungan
bila tanaman umbi = suhu rata-rata tanah.
Heat Unit di tiap daerah sama hanya lamanya yang berbeda. Heat Unit bisa digunakan untuk mengatur waktu panen. Contohnya : setelah padi mulai menguning, jumlah air dikurangi dengan tujuan :1. panen serempak 2.panen lebih cepat, dikarenakan suhu di sekitar tanaman tingi, sehingga suhu rata-rata tinggi, Heat Unit tinggi sehingga akan lebih cepat tercapai kebutuhan Heat Unitnya. Untuk mempercepat panen bisa menaikkan suhu tetapi tetap dalam batas suhu cardinal. Pertumbuhan bisa maksimal bila kita mengetahui suhu optimalnya.

Budidaya Ketela di Peniwen, Malang

I.IDENTIFIKASI MASALAH

Pertumbuhan dan perkembangan hidup dari suatu tanaman ditentukan oleh banyak faktor. Beberapa faktor penting dalam kegiatan budidaya bisa berasal dari dalam atau luar tanaman itu. Baik unsur hara, tanah, iklim, suhu dan faktor lingkungan lainnya, sarana produksi maupun juga faktor genetis.
Benih sebagai awal dari kehidupan tanaman, dasar bagi kehidupan dan pembawa informasi genetik, mempunyai peranan penting dalam kehidupan tanaman. Sehingga dapat diajukan alasan yang kuat bahwa majunya pertanian berpangkal pada benih yang baik, baik dari aspek fisiologis, fisik maupun genetis.
Desa Peniwen yang terletak di Kecamatan Kromengan Kabupaten Malang. Dengan kondisi daerah pegunungan yang beriklim kering pada musim kemarau, ditunjang kondisi tanah berdebu dan berpasir kurang cocok untuk ditanami tanaman serealia terutama padi. Sehingga masyarakat petani banyak yang memilih tanaman ketela pohon (Manihot esculenta / Manihot utilissima). Selain karena faktor di atas, hal ini juga didukung oleh adanya pabrik ketela pohon yang lokasinya dekat sehingga memudahkan petani untuk memasarkan hasil taninya.
Selama pelaksanaan PMM (Pengabdian Mahasiswa pada Masyarakat) dapat dianalisa bahwa alasan pemilihan komoditi, khususnya ketela pohon oleh masyarakat Peniwen, didasarkan pada beberapa hal. Antara lain :
1.Kondisi agroklimatologi yang kering.
2.Kondisi fisik tanah yang porous dan kurang bisa menyimpan air tanah.
3.Penguasaan lahan yang sempit.
4.Luasnya lahan pekarangan rumah dan tegalan yang dekat dengan tempat tinggal.
5.Adanya kepastian pemasaran hasil tani, sehingga tidak menunggu lama untuk memperoleh uang tunai (lokasi pabrik yang dekat).
6.Pengelolaan tanaman yang mudah (tidak memerlukan pemupukan yang bermacam-macam dan tidak pernah terserang penyakit yang berarti).
7.Pengelolaan yang turun-menurun (tidak harus susah payah untuk belajar ilmu budidaya baru).
II.PERINGKAT MASALAH

Berdasarkan dari pernyataan sebelumnya dan pengamatan selama PMM berlangsung, banyak permasalahan yang dihadapi oleh petani. Berikut disajikan beberapa permasalahan dengan urutan peringkat tertinggi ke terendah berdasarkan analisa secara keseluruhan baik dari segi pertanian, sosial budaya dan juga psikologisnya.
1.Modal / financial.
2.Kemampuan manajerial.
3.Harga pupuk anorganik yang mahal.
4.Budaya tani yang turun menurun dan sulit diubah, terutama budaya yang tidak efektif dan efisien.
5.Penguasaan lahan yang sempit.
Seperti yang sudah kita ketahui bersama, bahwa kemampuan ekonomi masyarakat kita terutama msyarakat tani di pedesaan masih rendah. Walaupun hal ini tidak seluruhnya benar. Petani di desa biasanya memiliki tabungan dalam bentuk tanah atau pun hewan ternak. Dan ketersediaan modal atau yang lebih tepatnya lagi ketersediaan uang tunai sangat kecil. Sehingga petani yang harus menghidupi dirinya sendiri dan juga anggota keluarga yang lain, akan berfikir seribu kali jika dihadapkan pada masalah kebutuhan belanja tiap hari, anaknya yang butuh biaya untuk sekolah, biaya kesehatan dan kebutuhan untuk jagong (bertamu) pada acara resepsi tetangga yang biasanya mengeluarkan uang yang tidak sedikit.
Oleh karena itu tidak sedikit yang memilih yang praktis dan ekonomis menurut pikiran mereka. Antara lain, mereka akan lebih memilih untuk membiayai anaknya yang sekolah daripada untuk membeli pupuk yang mahal dan belum tentu setiap saat tersedia, lebih memilih tanaman yang sudah pasti menghasilkan uang daripada yang belum tentu laku di pasar, lahan yang sempit lebih baik diusahakan untuk tanaman yang benar-benar sudah dapat dipastikan hasilnya, sehingga enggan mencoba tanaman baru yang belum tentu cocok dengan kondisi di Desa Peniwen tersebut.
III. IDENTIFIKASI PENYEBAB MASALAH

Dari banyak masalah dan penyebab masalah di Desa Peniwen yang akan diangkat adalah tentang mutu benih tanaman ketela pohon yang banyak dibudidayakan oleh petani setempat. Sebagai alasan dapat dikemukakan bahwa segenap usaha untuk memajukan bidang pertanian berpangkal pada benih yang baik. Aspek-aspek teknologi benih tumbuh dari berbagai cabang ilmu seperti Embryologi, Genetika sampai masalah teknis seperti penciptaan alat produksi benih, kultur teknis, agrnomis bahkan masalah sosial (Djatiwalujo, 1999).
Tanaman ketela pohon (Manihot esculenta / Manihot utilissima) atau masyarakat Peniwen biasa menyebut dengan sepe, biasa ditanam pada bulan Oktober sampai Desember dan bisa dipanen 8 – 9 bulan setelahnya. Pada awal penanaman, ketela pohon ditumpang sarikan dengan jagung atau kacang tanah. Pemupukan dengan urea dilakukan 3 bulan setelah tanam dan begitu seterusnya setiap 3 bulan sekali, bahkan ada pula yang hanya memberi tambahan pupuk kandang yang dicampurkan dengan tanah olah + 1 bulan sebelum tanam. Hal ini tidak begitu menjadi masalah karena pemupukan hanya dilakukan bila tanah tidak mampu atau kurang dalam penyediaan unsur hara dan diberikan tidak secara berlebihan sehingga merusak tanaman dan tanah.
Bibit untuk penanaman selanjutnya diperoleh petani dari tanaman terdahulu yang merupakan sisa panen. Pohon ketela tersebut ada yang dibawa pulang untuk disimpan di sekitar rumah ada juga yang ditaruh begitu saja di lahan untuk menunggu digunakan sebagai bibit stek.
Menurut Sugito, 1990 bahwa produktivitas tanaman ketela pohon sebesar 50 ton/ha/9 bulan, tetapi kenyataan yang ada di Indonesia produktivitasnya tidak lebih dari seperlimanya atau sekitar 10 ton/hektar. Dari hasil wawancara dengan salah satu petani bahwa sekali panen bisa menghasilkan uang Rp. 500.000.00. Bila harga di tingkat petani biasanya berkisar Rp. 1300.00/Kg, jika petani memiliki ¼ hektar tegal maka produktivitasnya adalah + 1,7 Ton/hektar. Jumlah yang sangat signifikan atau sangat jauh berbeda dengan hasil penelitian.

Rendahnya hasil panen bisa dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :
1.Kualitas tanah yang sudah menurun.
2.Pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang tidak optimal.
3.Rendahnya mutu benih akibat faktor fisik, fisiologis dan genetis.


IV. ANALISIS HUBUNGAN ANTARA MASALAH DENGAN
PENYEBAB MASALAH

Hasil panen yang begitu rendah di Desa Peniwen disebabkan oleh beberapa faktor yang sudah disebutkan dalam uraian sebelumnya. Dari sini marilah kita tinjau hubungan antara masalah rendahnya produktivitas tanaman ketela pohon dengan dugaan beberapa penyebabnya.
Sutopo, 2002 menyebutkan bahwa mutu benih suatu tanaman ada 3 yaitu mutu fisik, mutu fisiologis dan mutu genetis. Petani biasa menyimpan pohon tanaman ketela pohon yang digunakan untuk bibit pada pertanaman berikutnya di sekitar rumah. Ada yang disandarkan begitu saja ke tembok, ke ranting pohon, digantung di ranting pohon, digeletakkan di tritis / disamping rumah, di kandang dan digeletakkan di kebun dengan ditutupi seresah daun, bahkan ada yang dibiarkan di alam terbuka. Secara fisik apabila penyimpanan cukup lama dalam cuaca kering akan merusakkan batang. Batang akan menjadi kering karena hidrolisis, maka mutu fisik akan menurun.
Menurunnya mutu fisik akan mempengaruhi mutu fisiologisnya. Untuk dapat bermetabolisme secara normal tanaman membutuhkan substrat dan air. Jika jumlah air dalam sel berkurang akibat transpirasi sedangkan tanaman juga melakukan respirasi yang merombak substrat yang masih tersimpan di sel, dan proses respirasipun juga membutuhkan air maka laju kerusakan sel akan semakin cepat. Hal ini akan mengakibatkan cekaman pada bibit. Akibat cekaman tersebut proses metabolisme tidak berjalan sebagaimana mestinya dan cekaman tersebut akan terekam dan dapat mempengaruhi genetis dari suatu sel yang nantinya akan diekspresikan bila tanaman tumbuh dan berkembang.
Adanya cekaman dalam jangka waktu yang lama akibat perlakuan selama penyimpanan bibit, pada saat budidaya (kekeringan, unsur hara, salinitas dan lain-lain) dan adanya radiasi alami akan mempengaruhi susunan genetis dari tanaman mulai dari tingkat gen, genom dan kromosom. Perubahan tersebut akan menyebabkan keragaman sifat dari keteurunan-keturunannya, apalagi dalam satu batang bisa didapatkan banyak bahan stek. Keragaman adalah bahan dasar bagi proses pemuliaan. Akan tetapi biasanya perbedaan genetik yang diakibatkan oleh proses mutasi akan menghasilkan keturunan yang resesif.
Sehingga dapatlah diajukan suatu hipotesa bahwa rendahnya panen tanaman ketela pohon karena segregasi genetis yang menuju arah resesif dan faktor lain seperti menurunnya mutu kualitatif dan kuantitatif tanah dan faktor iklim yang berubah.


V.ALTERNATIF SOLUSI

Dari identifikasi permasalahan, penyebab masalah dan analisis hubungannya maka dapat ditawarkan beberapa solusi yang sesuai dengan pertimbangan aplikatif, profitabel, kompatibel, efektif, minim resiko dan keuntungan lainnya.
1.Manajemen pembibitan dan produksi benih, dari mulai pemilihan bibit, kejelasan mutu benih, kejelasan asal dan sertifikasi yang jelas hingga akhirnya penyimpanan untuk dipakai kembali sebagai bibit perlu ditingkatkan. Peningkatan tersebut dilakukan dengan memberi pengertian bahwa ada perlakuan yang seharusnya dihindari dan sebaiknya dilaksanakan agar mutu benih tetap baik.
2.Memperbaiki kualitas fisik tanah, yaitu dengan pemakaian sistim pertanian organik yang diimbangi dengan teknologi maju pemupukan, pemberantasan hama secara terpadu. Karena secara langsung kita tidak bisa meninggalkan pertanian intensif yang sudah biasa kita lakukan.
3.Penggunaan bibit bermutu, baik dan bersertifikat yang digunakan untuk mengganti benih lama yang sudah turun hasilnya atau telah bersegregasi secara berkala, sehingga hasil panen akan stabil bahkan dapat meningkat kualitas, kuantitas maupun ketahanannya terhadap hama tau penyakit tertentu seharusnya dilakukan. Contoh bibit Ubi Kayu yang unggul menurut Departemen Pertanian ialah Adira 1, Adira 2, Adira 4, Malang 1 dan Malang 2.
Sehingga diharapkan walaupun dengan keadaan alam, teknik dan sumber daya lain yang seadanya akan dapat dioptimalkan kemampuan dari sumberdaya tersebut untuk menaikkan taraf hidup dan kesejahteraan petani kita.
Walaupun program diatas belum sepenuhnya dapat diaplikasikan akan tetapi sumbangan pemikiran dari berbagai pihak yang peduli semoga dapat membangkitkan kondisi pertanian Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA

Djatiwalujo, S. 1999. Manajemen Pembibitan dan Produksi Benih. Fakultas Pertanian UniBraw. Malang.


Kasim, H. dan Djunainah. 1993. Deskripsi Varietas Unggul Palawija. Balitbang Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.


Mangoenndidjojo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.


Poespodarsono, S. 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. PAU IPB. Bogor.


Sugito, Y. 1990. Metodologi Penelitian Agronomi. Fakultas Pertanian UniBraw. Malang.


Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Rajawali Press. Jakarta.

Fungsi Auksin

PENDAHULUAN

Tujuan pertama dari perbanyakan dengan stek, baik akar, batang, daun atau tunas adalah tumbuhnya akar baru. Sel somatik yang telah dewasa mempunyai kemampuan untuk membentuk tunas atau daun baru. Sehingga memungkinkan perbanyakan vegetatif dilakukan dengan menggunakan stek.
Tanaman dikotil menunjukkan keberhasilan untuk membentuk akar yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman monokotil. Alasan khusus hal ini masih belum jelas, namun dapat diduga karena posisi dan susunan sel-sel kambium pada monokotil yang tersebar sehingga lebih sulit membentuk kalus.
Pemahaman tentang lokasi pertumbuhan akar adventif penting dalam perbanyakan tanaman dengan stek. Proses pertumbuhan akar adventif terdiri dari tiga tahap, yaitu (1) diferensiasi sel yang diikuti dengan inisiasi akar (2) diferensiasi sel-sel meristematis sampai terbentuk primordia akar dan (3) munculnya akar-akar baru(Ashari, 1995). Akan tetapi kali ini akan dijabarkan peranan hormon auksin dalam inisiasi akar tersebut.

PEMBAHASAN

Segera setelah stek dipotong dan ditanam pada media tanam yang sesuai untuk pertumbuhan akar, pada bagian yang terpotong membentuk kalus. Kalus merupakan kumpulan sel-sel parenkim yang laju pertumbuhannya tidak seragam. Kalus pada umumnya tumbuh pada jaringan cambium, namun kadang-kadang dapat juga tumbuh dari sel korteks atau galih (rongga gabus). Karena pada umumnya akar adventif tumbuh dari kalus, maka timbul anggapan bahwa terjadinya kalus sangat penting untuk pertumbuhan akar stek. Kenyataannya tidaklah selalu demikian (Ashari, 1995).
Pembentukan akar adventif sangat berkaitan dengan konsentrasi hormon alami yang terbentuk di dalam tanaman, sehingga terdapat kaitan yang sangat erat antara hormone tanaman dengan kemampuan berakarnya stek. Bukti menunjukkan bahwa semua jenis hormon mengatur pertumbuhan tanaman, tetapi tidak semua zat pengatur tumbuh tanaman adalah hormon (Ashari, 1995).
Dari semua jenis zat pengatur tumbuh yang sangat efektif mengatur pertumbuhan akar adalah golongan auksin. Sejak pertengahan tahun 1930-an dan selanjutnya, penelitian tentang aspek fisiologiss auksin telah banyak dilakukan. Banyak bukti menyatakan bahwa auksin sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan batang, formasi akar, menghambat terhadap pertumbuhan cabang lateral, absisi pada daun dan buah, serta mengaktifkan kerja lapisan cambium dan lainnya (Hartmann dan Kester, 1975).
Asam indol-3 asetat (IAA) diidentifikasi tahun 1934 sebagai senyawa alami yang menunjukkan aktivitas auksin yang mendorong pembentukan akar adventif. IAA sintetik juga telah terbukti mendorong pertumbuhan akar adventif. Pada era yang sama juga ditemukan asam indol butirat (IBA) dan asam naptalen asetat (NAA) yang mempunyai efek sama dengan IAA. Dan skarang sesungguhnya, hal itu ditunjukkan bahwa inisiasi sel untuk mmbentuk akar tergantung dari kandungan auksin (Hartmann dan Kester, 1975).
Pembentukan inisiasi akar dalam batang terbukti tergantung pada tersedianya aiksin di dalam tanaman ditambah pemacu auksin (Rooting Co-factors) yang secara bersama-sama mengatur sintesis RNA untuk membentuk primordia akar (Hartmann dan Kester, 1975).

PROSES SINTESA AUKSIN
Menurut Larsen, 1944 dalam Abidin (1982) Indoleacetaldehyde diidentifikasikan sebagai bahan auksin yang aktif dalam tanaman. Selanjutnya Larsen (1951); Bentley dan Houstley (1952) mengemukakan bahwa zat kimia tersebut aktif dalam menstimulasi pertumbuhan kemudian berubah menjadi IAA. Perubahan tersebut menurut Gordon (1956) adalah perubahan dari Tripthopan menjadi IAA. Tryptamine sebagai salah satu zat organic, merupakan salah satu zat yang terbentuk dalam biosintesis IAA. Dalam hal ini perlu dikemukakan pula bahwa Tryptophan adalah zat organic terpenting dalam proses biosintesis IAA (Thimann,1935).
Bahan organic lain yaitu Indoleacetonitrile adalah bahan organic yang ditemukan dalam tanaman Cruciferae dan dapat dikelompokkan ke dalam auksin (Jones et al.,1952). Menurut Thimann dan Mahadevan (1958), zat tersebut atas bantuan enzim nitrilase dapat membentuk aksin. Cmelin dan Virtanen (1961) menerangkan bahwa Indoleacetonitrile yang terdapat pada tanaman, terbentuk dari Glucobrassicin atas bantuan aktivitas enzim myrosinase. Dan zat organik lain (Indoleeethanol) yang terbentuk dari Trypthopan dalam biosintesis IAA atas bantuan bakteri (Rayle dan Purves, 1976 dalam Abidin, 1982).
Sebagaimana kita ketahui, IAA adalah endogenous auksin yang terbentuk dari Tryptophan yang merupakan suatu senyawa dengan inti Indole dan selalu terdapat dalam jaringan tanaman. Didalam proses biosintesis, Trytophan berubah menjadi IAA dengan membentuk Indole pyruvic acid dan indole-3-acetaldehyde. Tetapi IAA ini dapat pula terbentuk dari Tryptamine yang selanjutnya menjadi Indole-3-acetaldehyde, selanjutnya menjadi Indole-3-acetic acid (IAA). Sedangkan mengenai perubahan dari ndole-3-acetonitrile menjadi IAA dengan bantuan enzim nitrilase prosesnya masih belum diketahui (Abidin, 1982). Secara sederhana bahwa gula (glukosa, arabinosa) dan lemak membentuk kompleks IAA (Heddy, 1996).
Pemecahan IAA dapat pula terjadi di alam. Hal ini adalah sebagai akibat adanya photo oksidasi dan enzim. Dalam photo oksidasi, pigmen pada tanaman akan menyerap cahaya, kemudian energi ini dapat mengoksidasi IAA. Adapun pigmen yang erperan adalah Ribovlavin dan B-Carotene (Abidin, 1982).
Enzymatic oxidation yang terjadi pada IAA telah ditemukan oleh para ahli dalam berbagi jaringan tanaman. Oksidasi IAA oleh hydrogen peroksida, kemudian di katalisasi oleh enzim peroksida sehingga menghasilkan indolealdehyde yang bersifat naktif. Ada hubungan yang berbanding terbalik antara aktivitas oksidase IAA dengan kandungan IAA dalam tanaman. Apabila kandungan IAA tinggi, maka aktivitas IAA oksidase menjadi rendah, begitu pula sebaliknya. Di daerah meristematic yang kadar auksinnya tinggi, ternyata aktivitas IAA oksidasenya rendah. Sedangkan di daerah perakaran yang kandungan auksinnya rendah ternyata aktivitas IAA oksidasenya tinggi(Abidin, 1982).
Koepfli (1966) menerangkan bahwa posisi dan panjang rantai keasaman, berpengaruh terhadap aktivitas auksin. Rantai yang mempunyai carboxyl group yang dipisahkan oleh karbon atau oksigen akan memberikan aktivitas yang optimal. Ssebagai contoh IAA dan 2,4-D.
Dari hasil studi tentang pengaruh auksin terhadap perkembangan sel menunjukkan bahwa auksin dapat meningkatkan tekanan osmotic, meningkatkan permeabilitas sel terhdap air, meningkatkan sintesis protein, meningkatkan plastisitas dan pengembangan dinding sel. Menurut Wareing dan Phillps (1970) di dalam fase pertumbuhan tanaman tediri dari dua fase yaiti fase pembelahan dan fase perrkembangan. Pada saat sel mengalami enlargement phase, sel tidak hanya mengalami peregangan akan tetapi juga mengalami penebalan dinding sel baru. Pertumbuhan sel ini distimulasi oleh auksin(Abidin, 1982).
Pectic acid adalah suatu asam yang mengandung 1-4 rantai galacturonic acid. Galacturonic acid ini merupakan turunan dari galactose sebagai hasil oksidase carbon-6 suatu carbinoyl group (-CH2OH) menjadi suatu carboxyl group (-COOH). Dalam proses selanjutnya, terjadilah pergantian dari (-COOH) menjadi (-CH3) dengan mengalami proses esterisasi yang akhirnya menjadi Pectin. Tetapi pectic acid pun dapat pula berubah menjadi calcium pectate dengan penambahan Ca2+. Penambahan Ca2+ pada dinding sel dapat mengakibatkan rigiditas pada dinding sel, yang menghambat proses cell enlargement. Untuk menghindari hambatan tersebut auksin mempunyai peranan dalam menggeser Ca2+ dari pectic substance, sehingga terjadi pelunakan pada dinding sel(Abidin, 1982).
Menurut Delvin, 1975 dalam Abidin (1982), kehadiran auksin berpengaruh tehadap sintesa protein. Fungsi auksin di dalam proses tersebut membebaskan DNA dari Histone untuk sintesis RNA. mRNA akan membantu pembentukan enzim-enzim, enzim-enzim ini akan meningkatkan plastisitas dan plelebaran dinding sel. Sehingga secara umum auksin mendorong perpanjangan sel dengan cara mempengaruhi dinding sel.

DAFTAR PUSTAKA


Abidin, Z. 1982. Dasar-dasar pengetahuan tentang zat pengatur tumbuh. Penerbit Angkasa. Bandung.


Hartman, H. T. dan D. E. Kester. 1975. Plant propagation. Prentice Hall International Inc. London.


Heddy, S. 1996. Hormon tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

BERTANAM MELON HIDROPONIK DENGAN MEDIA PASIR

HIDROPONIK
Istilah “Hidroponik” lebih akrab dikenal sebagai usaha bercocok tanam tanpa tanah. Karena budidayanya yang tanpa tanah itulah bercocok tanam melon secara hidroponik dapat dilakukan di mana saja.

KEUNTUNGAN BERTANAM MELON HIDROPONIK
Penanaman dapat dilakukan di sembarang tempat.
Pertumbuhannya bisa lebih terpelihara dengan baik
Bisa ditanam kapan saja
Lebih mudah pengontrolan kesehatan dan dan perkembangan tanaman
Buah yang dihasilkan penampilannya bersih – bersih dan terhindr dari serangan hama dan penyakit.
RAGAM KULTIVAR MELON
Melon (Cucumis melo) dari famili Cucurbitaceae, tumbuh merambat di tanah, tapi juga dapat merambat tegak pada kayu atau tali rambatan.
Tanaman melon yang banyak diusahakan sebagai penghasil buah komersial di Indonesia adalah :
Sky Rocket (Cucumis melo var. reticulates),
Honey Dew (Cucumis melo var. inodorus),
dan Jade Dew.
Melon Sky Rocket paling banyak digemari di Indonesia, karena warna daging buahnya hijau kekuningan mirip alpukat, rasanya manis, aromanya harum. Kalau kulit luarnya agak keras dan tebal , daging buahnya juga agak tebal, hampir 2/3 bagian dari seluruh isi buah. Benihnya ada yang berasal dari Taiwan, Amerika Serikat dan Jepang.
Semua varietas melon itu bisa dihidroponikkan, namun pada umumnya yang sering dicoba hanyalah cultivar Sky Rocket dan Jade Dew.
SYARAT TUMBUH TANAMAN MELON
Pada ketinggian 300-1000 m dpl.
Membutuhkan suhu udara yang cukup panas (35-37,5C) dengan pengairan yang cukup baik. Suhu untuk persemaian antara 26-28 C.
Membutuhkan cukup sinar matahari penuh sepanjang 10-12 jam perhari.
Kelembaban udara sekitar 60%.
pH media tanamnya netral atau paling tidak antara 5,8 – 7,2.

MEDIA PASIR UNTUK MELON HIDROPONIK
Persiapan media pasir :
Sebelum digunakan, pasir perlu dicuci dulu sampai bersih. Caranya, pasir disemprot air berulang-ulang atau menggunakan air pancuran. Setelah itu pasir ditiriskan, kemudian dijemur sampai kering.
Selanjutnya, pasir dimasukkan dalam kantong plastik hitam (poly bag) berukuran 40 x 30 cm, sisi-sisinya dilubangi sebanyak 4 lubang masing-masing berdiameter 0,5 cm.
Polybag diisi kerikil atau ijuk sebelum diisi pasir sampai 1 cm di bawah permukaaan plastik.
Polybag lalu ditaruh ditempat terbuka, agar lebih gampang menerusakan air hujan yang berlebihan.
Polybag atau pot hidroponik yang diletakkan di dalam rumah plastik tidak perlu diisi kerikil atau ijuk.

PENYEMAIAN BENIH
Bibit melon yang akan dihidroponikkan harus disemaikan terelebih dahulu. Tempat penyemaiannya berupa kotak kayu berukuran 60 x 40 x 10 cm berisi pasir halus yang sudah dicuci setebal 7-8 cm.
Sebelum disemai, benih direndam dalam air selama 1 jam, lalu direndam dalam larutan fungisida selama 20-30 menit. Setelah itu biji ditanam di kotak pnyemaian dengan posisi bagian lembaga (bakal akar, batang, dan daun) menghadap ke bawah, agar tanaman bisa tumbuh tegak dengan baik. Jarak tanamnya 5 x 3 cm. Sehari tiga kali semaian itu disiram dengan 0,5 gembor air (1 gembor = 8 lt air). Kotak semaian ditaruh di tempat teduh.
Setelah tiga minggu benih yang telah tumbuh menjadi bibit tanaman bisa langsung dipindahkan ke pot hidroponik yang telah dipersiapkan. Cara memindahkannya, bibit diciduk menggunakan sendok sedalam 5 cm, lalu ditanam pada pot hidroponik yang sebelumnya telah digali sedalam 5 cm pula. Pemindahan dilakukan setelah tanaman disiram air agar tidak layu.
Tanaman melon dalam pot hidroponik itu bisa ditaruh di halaman terbuka atau di dalam rumah plastik yang dibuat melengkung dengan tinggi 4 m. Jarak antar pot atau antar tanaman 50-60 cm. Bagian bawah pot diberi alas batu bata atau lembaran papan/kayu, agar dasar pot tidak berhubungan langsung dengan tanah.

PENYIRAMAN DAN PEMUPUKAN
Penyiraman larutan pupuk dilakukan rutin 2-3 kali sehari. Komposisi larutan pupuk adalah campuran 100 gram Phostrogen (pupuik lewngkap yang mengandung NPK 10-10-27 dan unsure mikro), 10 gr TSP, 10 gr KCl, dan 15 gr urea dengan 50 lt air bersih.
Larutan pupuk sebaiknya diencerkan lagi dengan mencampurkannya ke dalam air penyiram, baru kemudian disiramkan ke tanaman.
Pada usia vegetatif (sebelum berbunga), tanaman melon bisa disemprot dengan pupuk daun, seminggu sekali. Setiap 1cc pupuk dicampur dengan 1 liter air.

PEMELIHARAAN TANAMAN
Setelah berdaun 6 lembar, tanaman mulai diarahkan agar batangnya sesuai dengan yang kita kehendaki. Tunas yang tumbuh pada ketiak daun pertama sampai kelima dipangkas. Pemangkasan bisa segera dimulai begitu tanaman sudah berdaun 7-8 helai. Setelah pertumbuhan batang mencapai 20-25 ruas, maka pucuk atau tunas apikalnya dipangkas pada siang hari saat udara panas.
Bersamaan dengan pemangkasan itu, segera disiapkan pula rambatannya berupa rentangan tali plastik setinggi 1,5 m yang diikatkan pada patok kayu atau bambu.
Sekitar 2 minggu sejak dipangkas tanaman sudah mulai mengeluarkan bunga yang akan menjadi calon buah. Calon buah yang dipelihara hanya 1-2 buah saja yang terletak pada ruas ketiak daun kesepuluh dan ketigabelas.

PEMELIHARAAN BUAH
Buah melon yang sudah sebesar gundu (diameter 1cm) perlu dibungkus kantung plastik transparan, agar tidak terserang lalat buah mentimun. Untuk mencegah serangan lalat buah, tanaman disemprot insektisida, misalnya Malathion, Folithion 50 EC, Kelthane, atau Tedion. Selain itu bagian bawahnya diberi penyangga kantung paranet agar tangkai dan cabangnya tidak ngelendong ke bawah karena keberatan. Kamatangan buah melon sangat bergantung pada varietas dan iklim setempat. Melon Sky Rocket sudah bisa dipetik buahnya pada umur 60-75 hari sejak berbunga. Untuk melon Jade Dew buah pertamanya sudah bisa dipetik pada umur 45 hari sejak berbunga, dan buah kedua dipetik 45 hari kemudian.
Tanda buah siap petik :
Buahnya beraroma harum,
Warna kulitnya kekuningan,
Tangkai buahnya retak,
Garis pemisah antara tangkai dan buahnya tampak jelas.
Buah melon yang kulit luarnya berurat seperti jala, urat itu tampak menonjol tegas.

Kiat Sukses SAUNG MIRWAN

Berbekal keranjang plastik berisi wortel puluhan kilogram, Tatang Hadinata mengarahkan mobilnya menuju Pasar Ramayana, Bogor. Di sana beliau, menurunkan sendiri keranjang itu. Sambil mengangkutnya masuk, ia membayangkan keuntungan yang bisa diraup dari hasil jerih payahnya selama ini. Namun begitu mendengar jawaban dari pedagang, pupuslah harapannya. Yang ada hanya emosi, lantaran seluruh wortelnya hanya dihargai Rp 10-ribu. Beliau kecewa karena harga tersebut setara dengan tip yang biasa diberikannya.
Itulah sekelumit pengalaman Tatang ketika pertama kali terjun ke pertanian. Kenyataan tersebut seakan membuka matanya. Tatang yang terbiasa dengan proyek miliaran rupiah terpaksa harus berhadapan dengan bisis ‘sepele’. Namun hal itu ternyata tak melemahkan semangatnya. Pengalaman pahit petani dadakan tersebut justru makin memicu semangatnya. Secara perlahan ia mulai belajar dan menghilangkan arogansinya sebagai orang kota.
Dua belas tahun kemudian,tahun 1996, orang tak lagi memandang sebelah mata sosok Tatang. Sepak terjangnya di pertanian memang bisa buat alasan orang angkat topi. Strateginya menembak pasar khusus menjadikan PT Saung Mirwan sebagai salah satu ‘ konglomerat’ sayuran dan bibit bunga. Ketika krisis ekonomi banyak yang tumbang, beliau malah berkibar dengan bisnisnya.
Ceritanya berawal dari niatnya lengser dari bisnis jasa konstruksi dan periklanan. Ia lebih sreg berprofesi petani sebagai pengisi masa pensiun. Bidang yang selaras dengan hobinya sejak kecil. Untuk mewujudkan obsesinya, Tatang kemudian menyewa lahan di Cipanas seluas 7 hektar, dan mengusahakan tak kurang dari 30 komoditas sayuran. Seluruhnya dikelola dengan menganut cara ala petani Cipanas.
Pada 1986, dua tahun kemudian, Tatang merasa tidak puas terhadap usahanya. Kendati menguntungkan tetapi banyak hal yang bersifat uncertain dan uncontrollable. Diantaranya, cuaca yang tidak menetu serta terkontaminasi hama dan penyakit. Semua gangguan itu menyebabkan rendahnya kualitas produk. Dan ujung-ujungnya berpengaruh pula terhadap harga jualnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Tatang teringat akan bangunan greenhouse dan teknologi hidroponik yang pernah dilihatnya. Merasa perlu lebih tahu beliau belajar dan magang di Belanda untuk mendalami rahasia berhidroponik sayuran.
Sekembalinya di Bogor, Tatang mengundang penyuluh asal negara bunga tulip tersebut. Berdasarkan pengetahuan yang diberikan, lantas dibuat penelitian terhadap 6 tipe greenhouse, dan dipilih satu yang cocok dengan kondisi Indonesia. dengan bekal itu, lokasi penanaman dipindahkan ke Gadog, Bogor.
Sesuai ilmu yang dipelajari,Tatang hanya membatasi pada 5 komoditas pertanian yaitu paprika, melon, tomat, terung dan metimun yang ditanam secara hidroponik. Media dipilih dari arang sekam dan masing-masing dihubungkan dengan jaringan mikroirigasi. Nutrisi lengkap diberikan secara kontinu guna mendukung pertumbuhan optimal tanaman. Hasilnya kualitasnya sangat memuaskan.
Kualitas maksimal dari sayurannya disambut positif oleh konsumen, bahkan beliau bisa memberi kuota pada konsumen, lantaran komoditas dihasilkan dalam jumlah terbatas.
Tahun 1989, sayuran yang dihasilkan siap untuk dipasarkan. Ketika itu dipilih sebuah pasar swalayan yang cukup populer di Jakarta sebagai pasar utama. Dengan membidik konsumen tingkat menengah keatas, sayuran produk PT Saung Mirwan bisa terjual laris. Lama-kelamaan konsumen pun mulai mengenal dan mengakui keunggulannya.
Setelah sukses di sayuran, Tatang mulai melirik bidang bibit bunga krisan karena pebisnis bibit di bidang ini masih sedikit dan diapun belajar kembali ke Belanda.
Tak hanya bunga, bisnis sebagai penghasil sayuran segar non hidroponik mulai diliriknya. Desakan pelanggan agar SM melengkapi produk-produknya memaksanya berfikir panjang. Setelah melewati berbagai pertimbangan, akhirnya ia memutuskan untuk melebarkan sayap sebagai pemasok sayuranlengkap.
Untuk urusan tersebut, Tatang membuat pola kemitraan yang menganut sistem saling menguntungkan. Pola ini diciptakan untuk mendukung permintaan sekitar 30 komoditas sayuran.
Menyadari pentingnya dukungan dari luar, 1995, PT SM mencoba membina hubungan dengan segelintir petani. Sebagai mitra, petani mengusahakan sejumlah komoditas sayuran sesuai permntaan PT SM. Mereka banyak dibantu baik modal, benih maupun transfer budidayanya. Hampir setiap minggu ada penyuluh yang mendatangi petani mitra untuk memantau perkembangan kebun.
Pada1996 jumlah petani makin membengkak. Sekarang tak kurang dari 180 orang berhasil direkrutnya. Mereka tersebar di Bogor dan Lembang. Saat ini. Tatang berencana untuk meluaskan daerah usahanya sampai ke Garut.
Apalagi 1997, PT SM mul;ai memperluas orientasi pasarnya menjadi go international. Untuk sementara masih membatasi pada produk paprika saja. Usahanya sempat terpukul gara-gara krisis ekonomi, namun hal ini tidak mematahkan semangatnya. Tatang justru melihat hal itu sebagai peluang untuk makin memperluas usahanya.
Selain memperluas pasaran, Tatang juga mengadakan penelitian yang bersifat perbaikan kualitas.

BAB III
PENUTUP


Dari cerita bab II diatas, kami bisa menarik beberapa kesimpulan tentang kiat-kiat dari Tatang Hadinata, Bos PT. Saung Mirwan, yaitu :
1.Kita harus memperhitungkan resiko dari usaha yang akan kita geluti.
2.Selalu bersemangat, walaupun gagal.
3.Mencoba dan terus mencoba.
4.Kegagalan adalah pemicu semangat untuk tampil dan berusaha lebih baik lagi.
5.Kita perlu untuk belajar kepada yang lebih pintar dan berpengalaman.
6.Usaha disesuaikan dengan kemampuan kita, juga pangsa pasar yang akan kita bidik.
7.Riset pasar sangat perlu dilakukan untuk mengetahui perilaku konsumen, sehingga hasil produksi kita terserap oleh pasar.
8.Selalu mengutamakan kualitas untuk kepuasan konsumen.
9.Pola kemitraan dipilih, karena kemampuanny terbatas serta resiko apabila gagal kecil.
Dari sekelumit paper diatas semoga kita bisa memetik hikmah dan pelajaran untuk diterapkan dalam usaha agribisnis kita nantinya.


Sumber : Trubus No.346-Tahun XXIX, Edisi September 1998 dan dari berbagai sumber dengan penyesuaian.

Seleksi Kelapa Sawit Unggul


I.PERMASALAHAN


Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia dan masih memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Komoditas kelapa sawit, baik berupa bahan mentah maupun hasil olahannya, menduduki peringkat ketiga penyumbang devisa nonmigas terbesar bagi Indonesia setelah karet dan kopi.
Salah satu hambatan untuk meningkatkan produksi kelapa sawit adalah adanya gangguan penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh fungi Ganoderma spp. (Basidiomycetes). Ganoderma adalah jamur yang menyebabkan penyakit busuk akar (basal stem rot). Infeksi dan penularan penyakit pada umumnya terjadi melalui kontak akar atau bagian pangkal batang dengan sumber inokulum di dalam tanah (Darmono, 1996). Pada umumnya gejala penyakit ini pada kelapa sawit atau tanaman lainnya sulit diketahui secara dini dan serangannya baru terlihat ketika tanaman hampir mati dikarenakan setelah infeksi, perkembangan serangan penyakit pada jaringan tanaman terjadi relatif lambat yaitu 6-12 bulan (Darmono,1996). Penyakit BPB menyebabkan kerugian besar pada perkebunan kelapa sawit Indonesia, dimana tingkat kematian tanaman akibat serangan penyakit ini dapat mencapai 50% atau lebih (Turner, 1981 dalam Darmono, 1996). Gejala luar awal serangan penyakit sulit dideteksi sehingga penanganannya sulit dilakukan. Tanaman yang sakit mengalami pembusukan pada jaringan dalam pangkal batangnya, sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati atau tumbang sebelum waktunya.
Salah satu upaya yang dianggap paling ideal dalam usaha penanggulangan penyakit adalah melalui pemuliaan tanaman sehingga diperoleh tanaman yang tahan. Jika pemuliaan tanaman harus dilakukan secara konvensional, kendala yang dihadapi adalah siklus pemuliaan yang panjang karena merupakan tanaman tahunan. Di samping itu tanaman kelapa sawit yang ada di Indonesia memiliki latar belakang genetik yang sempit. Kegiatan awal pemuliaan adalah mencari tanaman yang bisa digunakan sebagai breeding materials baik untuk bahan tetua persilangan atau sebagai populasi dasar. Hal ini berkaitan erat dengan keragaman atau variabilitas material tersebut. Oleh karena itu perlu dikembangkan teknik deteksi dini dan pencarian varietas tahan melalui seleksi.
Oleh karena itu, perlu adanya pemecahan masalah terhadap kendala awal yang dihadapi tersebut.

II.PEMECAHAN MASALAH


Seleksi sebagai langkah awal dari pemuliaan, dilakukan untuk mendapatkan suatu populasi dasar atau tetua sebagai bahan persilangan yang nantinya akan diteruskan dengan tahap-tahap lainnya, sampai mendapatkan varietas yang tahan.
Untuk mendapatkan tanaman yang tahan terhadap serangan Ganoderma dari banyak populasi plasma nutfah dilakukan dengan seleksi. Cara seleksi antara lain secara konvensional maupun menggunakan bioteknologi.


3.1 Seleksi Konvensional Dengan Cara Pengamatan pada Beberapa Petak Percobaan yang Telah Terserang Ganoderma

Cara yang mudah adalah membiarkan adanya serangan pada kelapa sawit di lahan, kemudian memilih pohon induk. Pohon induk yang terpilih adalah pohon sehat, yang sekelilingnya telah terserang Ganoderma. Dari beberapa tanaman yang terserang didapatkan derajat toleransi yang berbeda-beda.. Perbedaan tersebut perlu diteliti apakah tanaman tersebut memang memiliki gen ketahanan atau karena tidak terserang. Deteksi dini dan Analisis ketahanan pada waktu seleksi di lapang, bisa dilakukan dengan membongkar kemudian membelah secara membujur pada jaringan yang terserang. Dengan membandingkan aktivitas beberapa protein yang berhubungan dengan patogenitas (pathogenicity related proteins), dapat diketahui bahwa aktivitas enzim glucanase dan chitinase meningkat pada jaringan yang sehat di dekat jaringan yang berbatasan dengan jaringan yang diserang patogen. Kedua enzim tersebut dapat menghancurkan glucan dan chitin yang merupakan komponen utama dari dinding sel fungi.
Ginting, Fatmawati dan Hutomo (1993) dalam penelitiannya telah ditemukan pohon yang sehat. Hal ini mengindikasikan derajat toleransi tanaman terhadap penyakit ini berbeda-beda. Pada percobaan didapatkan beberapa pohon yang sehat dan diduga pohon-pohon ini mempunyai derajat toleransi yang tinggi sehingga dapat terhindar dari serangan Ganoderma. Tentunya kalaupun ada tanaman yang tahan, namun ketahanannya terhadap beberapa isolat Ganoderma belum teruji. Dan disebutkan bahwa derajat toleransi tersebut ada hubungannya dengan sifat genetik tanaman.
Tanaman sehat tersebut kemudian diperbanyak melalui teknik kultur jaringan. Tingkat keberhasilan tiap tanaman membentuk kalus bergantung pada individu asal tanaman, tingkat umur, posisi explant serta konsentrasi fitohormon. Dari plantlet yang didapat masih perlu diuji lagi derajat toleransinya terhadap Ganoderma.


3.2 Teknik Penanda Molekuler sebagai Perangkat Diagnostik

Dalam usaha membantu memperpendek siklus seleksi diatas untuk mendapatkan tanaman yang tahan terhadap serangan Ganoderma, identifikasi penanda molekuler perlu dilakukan. Yang dimaksud dengan penanda molekuler di sini adalah pita DNA produk RAPD atau restriction fragment length polymorphism (RFLP) yang keberadaannya bertautan dengan gen ketahanan.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, identifikasi penanda molekuler dilakukan dengan teknik differential display reverse transcriptase-polymerase chain reaction (DDRT-PCR) (McClelland et al., 1995 dalam Darmono, 1996). Teknik ini pada prinsipnya adalah membandingkan keberadaan produk amplifikasi hibrid messenger RNA dan DNA komplementernya (mRNA-cDNA hybrid) pada dua atau lebih jenis jaringan yang berbeda kondisinya. Dengan teknik tersebut,penanda molekuler akan diidentifikasi melalui pengisolasian messenger RNA (mRNA) yang secara spesifik diekspresikan sebagai respon terhadap infeksi yang ada.
Ginting et. al. (1993) dalam laporan penelitiannya menyebutkan bahwa telah ditemukan pohon induk kelapa sawit yang tahan terhadap serangan Ganoderma di Blok 39,Afd. I, Kebun Tinjowan. Hal ini membuka peluang untuk memindahkan sifat tahan tersebut kepada keturunannya melalui persilangan. Akan tetapi marker DNA dari sifat ketahanan tersebut belum ditemukan sampai saat ini. Sehingga sifat perwarisannya perlu diteliti lebih jauh lagi.

III.KESIMPULAN


Salah satu upaya yang dianggap paling ideal dalam usaha penanggulangan penyakit yang diakibatkan jamur Ganoderma pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) adalah melalui pemuliaan tanaman sehingga diperoleh tanaman yang tahan. Salah satu upaya awal untuk mendapatkan tanaman kelapa sawit adalah melalui seleksi baik secara konvensional maupun dengan teknik differential display reverse transcriptase-polymerase chain reaction (DDRT-PCR). Dengan penanda molekuler tersebut diharapkan dapat dengan cepat mengidentifikasi klon yang tahan terhadap Ganoderma.
Percobaan pada Tetua Dura pada Kebun Tinjowan mendapatkan pohon induk yang tahan terhadap Ganoderma. Derajat ketahanan tersebut ada kaitannya dengan sifat genetik dari tanaman tersebut. Walaupun belum didapatkan markernya.


IV.SARAN


Penelitian lebih lanjut mengenai genetic marker, pola pewarisan sifat maupun langkah-langkah pemuliaan lebih lanjut perlu untuk tetap diupayakan. Hal ini dikarenakan kelapa sawit sebagai penyumbang devisa yang besar terhadap negara.







DAFTAR PUSTAKA


Admaja, Adi. 2001. Laporan Praktek Kerja lapang. Teknik Budidaya Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) di Desa Jatikerto Malang. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.


Darmono. 1996. Pendekatan Bioteknologi untuk Mengatasi Masalah Penyakit Busuk Pangkal Batang Kelapa Sawit Akibat Serangan Ganoderma. Warta Puslit. Biotek Perkebunan,1,17-25


Ginting, Fatmawati dan Hutomo. 1993. Perbanyakan Pohon Induk Dura yang Diduga Toleran Terhadap Ganoderma Melalui Teknik Kultur Jaringan. I. Penelitian Pendahuluan. Berita Pusat Penelitian Kelapa Sawit 1(1):21-25


Hardjowigeno. 1987. Ilmu Tanah. Medya Sarana Perkasa. Bogor. Hal 14-21


Samosir dan Ginting. 1996. Perkembangan Teknik Kultur Jaringan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Warta Puslit. Kelapa Sawit 4(2):53-59


Sastrosayono. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. AgroMedia Pustaka. Jakarta.