About my Blog

But I must explain to you how all this mistaken idea of denouncing pleasure and praising pain was born and I will give you a complete account of the system, and expound the actual teachings of the great explorer of the truth, the master-builder of human happiness. No one rejects, dislikes, or avoids pleasure itself, because it is pleasure, but because those who do not know how to pursue pleasure rationally encounter consequences that are extremely painful. Nor again is there anyone who loves or pursues or desires to obtain pain

Kiat Sukses SAUNG MIRWAN

Berbekal keranjang plastik berisi wortel puluhan kilogram, Tatang Hadinata mengarahkan mobilnya menuju Pasar Ramayana, Bogor. Di sana beliau, menurunkan sendiri keranjang itu. Sambil mengangkutnya masuk, ia membayangkan keuntungan yang bisa diraup dari hasil jerih payahnya selama ini. Namun begitu mendengar jawaban dari pedagang, pupuslah harapannya. Yang ada hanya emosi, lantaran seluruh wortelnya hanya dihargai Rp 10-ribu. Beliau kecewa karena harga tersebut setara dengan tip yang biasa diberikannya.
Itulah sekelumit pengalaman Tatang ketika pertama kali terjun ke pertanian. Kenyataan tersebut seakan membuka matanya. Tatang yang terbiasa dengan proyek miliaran rupiah terpaksa harus berhadapan dengan bisis ‘sepele’. Namun hal itu ternyata tak melemahkan semangatnya. Pengalaman pahit petani dadakan tersebut justru makin memicu semangatnya. Secara perlahan ia mulai belajar dan menghilangkan arogansinya sebagai orang kota.
Dua belas tahun kemudian,tahun 1996, orang tak lagi memandang sebelah mata sosok Tatang. Sepak terjangnya di pertanian memang bisa buat alasan orang angkat topi. Strateginya menembak pasar khusus menjadikan PT Saung Mirwan sebagai salah satu ‘ konglomerat’ sayuran dan bibit bunga. Ketika krisis ekonomi banyak yang tumbang, beliau malah berkibar dengan bisnisnya.
Ceritanya berawal dari niatnya lengser dari bisnis jasa konstruksi dan periklanan. Ia lebih sreg berprofesi petani sebagai pengisi masa pensiun. Bidang yang selaras dengan hobinya sejak kecil. Untuk mewujudkan obsesinya, Tatang kemudian menyewa lahan di Cipanas seluas 7 hektar, dan mengusahakan tak kurang dari 30 komoditas sayuran. Seluruhnya dikelola dengan menganut cara ala petani Cipanas.
Pada 1986, dua tahun kemudian, Tatang merasa tidak puas terhadap usahanya. Kendati menguntungkan tetapi banyak hal yang bersifat uncertain dan uncontrollable. Diantaranya, cuaca yang tidak menetu serta terkontaminasi hama dan penyakit. Semua gangguan itu menyebabkan rendahnya kualitas produk. Dan ujung-ujungnya berpengaruh pula terhadap harga jualnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Tatang teringat akan bangunan greenhouse dan teknologi hidroponik yang pernah dilihatnya. Merasa perlu lebih tahu beliau belajar dan magang di Belanda untuk mendalami rahasia berhidroponik sayuran.
Sekembalinya di Bogor, Tatang mengundang penyuluh asal negara bunga tulip tersebut. Berdasarkan pengetahuan yang diberikan, lantas dibuat penelitian terhadap 6 tipe greenhouse, dan dipilih satu yang cocok dengan kondisi Indonesia. dengan bekal itu, lokasi penanaman dipindahkan ke Gadog, Bogor.
Sesuai ilmu yang dipelajari,Tatang hanya membatasi pada 5 komoditas pertanian yaitu paprika, melon, tomat, terung dan metimun yang ditanam secara hidroponik. Media dipilih dari arang sekam dan masing-masing dihubungkan dengan jaringan mikroirigasi. Nutrisi lengkap diberikan secara kontinu guna mendukung pertumbuhan optimal tanaman. Hasilnya kualitasnya sangat memuaskan.
Kualitas maksimal dari sayurannya disambut positif oleh konsumen, bahkan beliau bisa memberi kuota pada konsumen, lantaran komoditas dihasilkan dalam jumlah terbatas.
Tahun 1989, sayuran yang dihasilkan siap untuk dipasarkan. Ketika itu dipilih sebuah pasar swalayan yang cukup populer di Jakarta sebagai pasar utama. Dengan membidik konsumen tingkat menengah keatas, sayuran produk PT Saung Mirwan bisa terjual laris. Lama-kelamaan konsumen pun mulai mengenal dan mengakui keunggulannya.
Setelah sukses di sayuran, Tatang mulai melirik bidang bibit bunga krisan karena pebisnis bibit di bidang ini masih sedikit dan diapun belajar kembali ke Belanda.
Tak hanya bunga, bisnis sebagai penghasil sayuran segar non hidroponik mulai diliriknya. Desakan pelanggan agar SM melengkapi produk-produknya memaksanya berfikir panjang. Setelah melewati berbagai pertimbangan, akhirnya ia memutuskan untuk melebarkan sayap sebagai pemasok sayuranlengkap.
Untuk urusan tersebut, Tatang membuat pola kemitraan yang menganut sistem saling menguntungkan. Pola ini diciptakan untuk mendukung permintaan sekitar 30 komoditas sayuran.
Menyadari pentingnya dukungan dari luar, 1995, PT SM mencoba membina hubungan dengan segelintir petani. Sebagai mitra, petani mengusahakan sejumlah komoditas sayuran sesuai permntaan PT SM. Mereka banyak dibantu baik modal, benih maupun transfer budidayanya. Hampir setiap minggu ada penyuluh yang mendatangi petani mitra untuk memantau perkembangan kebun.
Pada1996 jumlah petani makin membengkak. Sekarang tak kurang dari 180 orang berhasil direkrutnya. Mereka tersebar di Bogor dan Lembang. Saat ini. Tatang berencana untuk meluaskan daerah usahanya sampai ke Garut.
Apalagi 1997, PT SM mul;ai memperluas orientasi pasarnya menjadi go international. Untuk sementara masih membatasi pada produk paprika saja. Usahanya sempat terpukul gara-gara krisis ekonomi, namun hal ini tidak mematahkan semangatnya. Tatang justru melihat hal itu sebagai peluang untuk makin memperluas usahanya.
Selain memperluas pasaran, Tatang juga mengadakan penelitian yang bersifat perbaikan kualitas.

BAB III
PENUTUP


Dari cerita bab II diatas, kami bisa menarik beberapa kesimpulan tentang kiat-kiat dari Tatang Hadinata, Bos PT. Saung Mirwan, yaitu :
1.Kita harus memperhitungkan resiko dari usaha yang akan kita geluti.
2.Selalu bersemangat, walaupun gagal.
3.Mencoba dan terus mencoba.
4.Kegagalan adalah pemicu semangat untuk tampil dan berusaha lebih baik lagi.
5.Kita perlu untuk belajar kepada yang lebih pintar dan berpengalaman.
6.Usaha disesuaikan dengan kemampuan kita, juga pangsa pasar yang akan kita bidik.
7.Riset pasar sangat perlu dilakukan untuk mengetahui perilaku konsumen, sehingga hasil produksi kita terserap oleh pasar.
8.Selalu mengutamakan kualitas untuk kepuasan konsumen.
9.Pola kemitraan dipilih, karena kemampuanny terbatas serta resiko apabila gagal kecil.
Dari sekelumit paper diatas semoga kita bisa memetik hikmah dan pelajaran untuk diterapkan dalam usaha agribisnis kita nantinya.


Sumber : Trubus No.346-Tahun XXIX, Edisi September 1998 dan dari berbagai sumber dengan penyesuaian.

0 komentar: