“Tanyakan pada laki-laki itu tentang duka
akibat perpisahan, dia tidak akan menjawab apa-apa,
kecuali saputan mendung di wajahnya.
Tanyakan pada laki-laki itu perihnya pengkhianatan,
kau kan melihat kedua tangannya terkepal
dan rahangnya mengeras karena amarah.
Tanyakan pada laki-laki itu pedihnya kehilangan orang
yang disayang, dia masih bertahan dalam bisunya
tapi air matanya tak sanggup ditahannya lagi.
Tetapi...coba tanyakan padanya, mengapa sudi
dipecundangi cinta. Yakinlah, laki-laki itu pasti tertawa.
Menertawakan pertanyaanmu yang dianggapnya bodoh,
lalu berkata, “Kalau kau pernah mengecap cinta,
kau tak akan pernah bertanya.”
(kutipan dari buku When a Man, Lost s Woman)
Buku setebal 202 halaman karya Ita Sembiring sangat menarik sekali isinya..
Dimana cerita cinta dari orang keturunan Indonesia-Belanda si Perus, dengan semua pengalaman cintanya dan orang-orang disekitarnya menarik untuk diikuti.
Cerita cinta didalamnya tidak cengeng, bersifat dewasa sekali, akan tetapi latar belakang budaya Belanda yang sangat bebas dalam segala hal membuat cerita ini terasa aneh.
Kita akan melihat si Perus yang tak kunjung menemukan orang yang benar-benar menarik dan mampu langgeng berhubungan dengannya, cerita tentang si Jan yang dikhianati oleh istri keduanya dan ditinggal oleh istri pertamanya dan juga Si Boris yang dikhianati oleh istrinya... betul-betul sebuah cerita tentang pengkhianatan wanita. Dasar Wanita jaman sekarang, sulit mencari yang benar-benar tulus mencintai dan menyayangi kita para lelaki.
Bukannya saya menganggap semua wanita begitu.Tetapi bagi anda, lelaki khususnya, yang pernah merasakan sakitnya dikhianati. Memang mudah mencari pengganti tapi sulit untuk menemukan yang paling tepat.... Istilahnya “gampang pindah ke lain bodi, tapi sulit ke lain hati”. Karena sangat sulit bagi kita untuk percaya lagi kepada seseorang setelah peristiwa pengkhianatan itu.
Tetapi terserah anda juga jika berpendapat lain....
Malang, 27 Agustus 2007.
0 komentar:
Post a Comment