Setitik Noda di Baju Coklat
Ternyata dibalik sukses acara Rembug Kampung Bareng Malang Ijo Royo-royo IV, yang diadakan di Balai kota Malang 15 Desember 2007 lalu ada sedikit hal yang mengganggu. Hal-hal yang menyangkut perijinan sudah diselesaikan, namun masih ada saja pihak-pihak yang sengaja mengail di air keruh.
Disaat panitia pusing karena budget yang minim, aparat-aparat kita masih meminta upeti... Mulai Polsek, Koramil sampai Oknum Satpol PP. Ini bukanlah suatu tuduhan, tetapi memang kenyataan, karena saya sendiri harus sembunyi-sembunyi untuk memberikan upeti yang diminta (sengaja ada aparat baju coklat yang minta). Jika dalam ilmu hukum, secara sah dan jelas saya bersalah karena menyuburkan praktek suap. Tetapi apa lacur... kita dipaksa.
Bila TII, Lembaga Transparansi Indonesia menilai Korps Baju Coklat terkorup, hal itu tidak semuanya benar, berarti ada sedikit kebenaran. Jika Kapolwiltabes Surabaya marah akibat Satire si Butet Kertarejasa pada acara abtu lalu di Surabaya, mungkin hal tersebut manusiawi. Karena memang tidak mudah untuk mengubah tradisi amplop di Indonesia. Mungkin, tidak mudah juga bagi Jenderal Sutanto untuk mengubah perilaku anak buahnya di lapangan.
Saya bukannya ingin memfitnah, tetapi setelah menjadi korban, rasanya saya harus menumpahkan kejengkelan tersebut. Bila dalam mengurus suatu ijin, kita dipungut biaya. Dus apakah uangnya masuk kantong pribadi atau tidak itu tidak masalah. Sejauh jelas peraturannya, tetapi jika pada waktu acara anda ditarget oleh oknum, dan mereka beralasan itu sebagai uang capek?? Silahkan anda sendiri yang menilai.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment