About my Blog

But I must explain to you how all this mistaken idea of denouncing pleasure and praising pain was born and I will give you a complete account of the system, and expound the actual teachings of the great explorer of the truth, the master-builder of human happiness. No one rejects, dislikes, or avoids pleasure itself, because it is pleasure, but because those who do not know how to pursue pleasure rationally encounter consequences that are extremely painful. Nor again is there anyone who loves or pursues or desires to obtain pain

Penggabungan Program Studi di Faperta, Brawijaya.


Seperti yang sering diberitakan di Jawa Pos Radar Malang beberapa bulan ini, bahwa akan ada restrukturisasi program studi di Fakultas Pertanian Brawijaya Malang. Direncanakan bahwa hanya ada 2 jurusan, yaitu Agroteknologi dan Agribisnis. Kembali muncul banyak pertanyaan dari para alumni yang tergabung di mailing list agronomi_ub@yahoogroups.com. Pertanyaan tentang kepastian adanya kebijakan tersebut.

Terlepas dari semua polemik yang terjadi. Banyak muncul dukungan daripara alumni. Mengingat bahwa selama ini para mahasiswa hanya diajarkan ilmu yang sesuai dengan konsentrasi program studi mereka. Ada sebuah pengalaman, Jika seperti saya yang alumni Pemuliaan Tanaman, maka akan lebih banyak porsi tentang ilmu genetika, benih dan biologi murni.

Sehingga jika saya kerja atau turun langsung ke lapangan di bidang pertanian maka saya harus belajar bagaimana caranya pengolahan lahan, pemupukan, perawatan tanaman dari hama, agroklimatnya dan penanganan pasca panen. Karena memang itu fakta yang kita hadapi sekarang. Benar jika pada semester awal diajarkan ilmu dasar tentang pemupukan, budidaya dan perlindungan terhadap hama dan penyakit, akan tetapi dengan seiring berjalannya waktu, tentu kita akan lebih terkonsentrasi ke ilmu yang sesuai dengan prodi (program studi) kita.

Memang, belum tentu semua anak pemuliaan tidak tahu penanganan hama, anak agronomi tidak tahu agrobisnis dari suatu komoditi pertanian Faktanya rata-rata mahasiswa yang sudah lulus mengalami kesulitan atau perlu adaptasi kembali untuk turun ke bidang pertanian. Yang notabene masyarakat kita memandang sarjana pertanian secara feodal, tahunya hanya menanam dan menanam. Tanpa memikirkan bahwa mahasiswa kita dibentuk oleh kampus menjadi sarjana yang spesifik.

Jika memang akan ada penggabungan, kita sebagai alumni tentu akan mendukung upaya dari Dekanat Pertanian Brawijaya. Karena kita tidak ingin adik-adik mahasiswa, akan mengalami hal yang serupa dengan kita. Yaitu, adaptasi kembali menyesuaikan dengan permintaan pasar, dimana sarjana pertanian harus bisa segalanya.

Semoga, dengan sedikit demi sedikit, upaya tersebut mampu memajukan kembali pertanian kita. Sarjana pertanian tidak banyak yang lari mencari kerja ke bidang lain. Yang terpenting, gak usah impor beras melulu...

Bravo Pertanian Brawijaya!!!

0 komentar: