About my Blog

But I must explain to you how all this mistaken idea of denouncing pleasure and praising pain was born and I will give you a complete account of the system, and expound the actual teachings of the great explorer of the truth, the master-builder of human happiness. No one rejects, dislikes, or avoids pleasure itself, because it is pleasure, but because those who do not know how to pursue pleasure rationally encounter consequences that are extremely painful. Nor again is there anyone who loves or pursues or desires to obtain pain

Mengintip Perawan Sepelot, Tirtoyudo.(20 Oktober 2007).



“Wis ta lah, melu wae.” Begitu rayuan Bang Doli (M. Paem Doli G. Siregar, Redaktur foto Jawa Pos Radar Malang) kepada saya. Padahal siang itu saya baru sampai kantor.
Dengan modal nekat, perut lapar dan sepeda motor pinjaman, akhirnya kita berempat berangkat. Saya, Irul (Wartawan Jawa Pos), Irul “ndut” (Pemasaran Jawa Pos) dan Bang Doli tentunya.

Dengan jalan berkelok-kelok dan sempit. Diiringi harumnya bunga tanaman kopi serta kabut tipis yang mulai turun sore itu, tiba-tiba sesampai di atas salah satu bukit... Wow.....

Capek selama perjalanan selama 4 jam tercicil dengan pemandangan indah teluk di selatan Malang. Pemandangannya betul-betul indah. Hamparan pasir putih terlihat diapit oleh bukit-bukit menjulang disekitarnya. Dari atas bukit terlihat ada 2 teluk, tetapi kita hari itu berencana ke Pantai Sepelot, Pujiharjo, Tirtoyudo. Teluk sebelah timur.

Tepat jam 4 terbayar lunas rasa penasaran saya.
Ya Allah, Pantai Sepelot begitu indah.

Laut lepas Samudera Hindia terlihat seakan tanpa batas.
Pasir pantainya putih bersih.
Suasana sepi menusuk ke hati.
Buih-buih putih terlihat saling berkejaran, seakan-akan dia berlomba untuk menghampiri dan menyapa.
Hawa semilir menelusuk ke sendi.
Air laut menggelitik di sela-sela jari kaki.
Kapal nelayan yang sedang berlabuh di lepas pantai, berayun-ayun diterpa ombak.
Rasa takjub seakan tak habis membahana di mata.
Sejuk merasuk menenangkan hati.




Berbeda dengan Pantai Sendang Biru yang ramai dengan hasil ikannya, Sepelot adalah pantai penghasil pisang. Dari pisang susu, kepok, raja dan masih banyak yang lain. Menurut Pak Ali, warga sekitar. Pisang adalah komoditas utama di daerah tersebut. Biasanya pisang-pisang tersebut dikirim ke sekitar kota Malang. Memang sejak kita mulai masuk dari jalan raya Malang – Lumajang, terlihat kebun pisang di kanan-kiri jalan. Selain itu juga terdapat kebun kopi dan kebun tebu milik warga.

Kita berempat mengobrol. Sesungguhnya pantai tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata. Semisal dengan pelebaran jalan, cottage/ hotel, jet ski atau kereta gantung seperti Genting Island di Malaysia. Sehingga diharapkan wisatawan akan tertarik untuk berkunjung. Toh, anda pasti akan memilih menginap karena jauhnya jarak. Lagipula listrik dan aspal mulus sudah menjangkau. Tinggal bagaimana cara Pemkab Malang untuk menarik investor.

Sayang sekali, sore itu saya harus langsung kembali ke Malang. Sehingga tidak bisa merasakan bermalam di pinggir pantai, merasakan angin malam samudera lepas, ngrokok, ngopi sambil makan ikan bakar hasil tangkapan nelayan. Setelah puas mencari kerang, saya harus kembali merasakan rute Pujiharjo-Tirtoyudo-Dampit-Turen-Bululawang-Malang.

0 komentar: