(Candi bata merah di Jalan raya Loceret- Guyangan, *pic by Tharom)
Sore yang cerah itu tampak 2 orang pria bercakap-cakap. Sewaktu saya datang,pria yang tampak lebih tua sejurus kemudian pergi. Sore itu saya bisa menyempatkan mampir ke candi yang terletak dipinggir jalan raya Loceret-guyangan Nganjuk tersebut.
Sewaktu perjalanan dinas ke Madiun, selasa 16 september 2008 kemarin, akhirnya saya bisa mampir di sebuah candi yang terlihat sangat sederhana sekali, sekaligus untuk istirahat.
Dari keterangan yang saya peroleh,
Candi Bata merah dibangun pada 10 april 937 masehi. Candi tersebut dipegang erat oleh Pohon Kepuh. Pohon yang sudah berusia 500 tahun tersebut masih keliatan kokoh berdiri dengan akar-akarnya yang kekar mencengkeram banguanan candi.
( akar Pohon Kepuh terlihat kuat mencengkeram bangunan Candi *Pic by Tharom))
Di sebelah barat candi, ada makam Yang Sekti dan yang Yang Kerti, abdi kinasih dari Empu Sendok.
diantara patung lambang Lingga dan Yoni terdapat Patung dewa ciwa dan patung ganesha.
Candi dengan luasan 142,60m2 tersebut menandai berdirinya Kota Nganjuk.
Menurut Singgih,20th, penjaga dari candi tsb. Candi Bata Merah hanya digunakan atau dimanfaatkan sewaktua acara Hari Raya Nyepi saja.
Biasanya, jika candi tersebut adalah simbol tonggak berdirinya Kota Nganjuk, maka tentunya tiap tahun akan diadakan ritual di candi tersebut. Sesuai adat istiadat orang jawa.
Akan tetapi selama ini Ritual untuk memperingati ulang tahun kota nganjuk
hanya dipusatkan di Air Terjun Sedudo.
Walaupun, keberadaannya di lindungi pagar berduri, dijaga dan dirawat oleh dinas
pariwisata kota Nganjuk. Dikhawatirkan keberadaannya tidak akan diketahui oleh putra-putri
Nganjuk sendiri. Jika tidak diperkenalkan kepada para generasi muda. Apalagi letaknya yang berada di tengah-tengah perkebunan jagung kurang menarik minat para pengunjng. Hanya sesekali tampak muda-mudi yang menggunakannya untuk berpacaran.
Berikut ringkasan Cerita sejarah bangunan Candi tsb:
Di sekitar Tahun 929 M di Desa Candirejo Kec. Loceret Kab. Nganjuk telah terjadi pertempuran hebat antara prajurit Empu Sendok melawan Bala Tentara kerajaan Melayu (Sriwijaya). Bala Tentara (Prajurit) Empu Sendok memperoleh kemenangan gilang gemilang, kemenangan ini diperoleh dari dukungan rakyat desa-desa disekitarnya, kemudian Empu Sendok dinobatkan menjadi raja bergelar SRI MAHARAJA MPU SENDOK SRI ISTANA WIKRAMA DHARMA TUNGGA DEWA selama 8 tahun, kemudian kemenangan ini ditandai dengan sebuah tugu bernama JAYA STAMBA dan SEBUAH CANDI atau Jaya Merta dan terhadap masyarakat desa sekitar candi karena jasa-jasanya dalam membantu pertempuran, oleh Empu Sendok diberi hadiah sebagai desa perdikan atau desa bebas pajak dengan status Sima Swatantra " Anjuk Ladang ". Anjuk berarti : tinggi secara simbolis mendapat kemenangan gilang-gemilang. Ladang berarti : tanah atau daratan sejalan dengan perkembangan Zaman kemudian berkembang menjadi daerah yang lebih luas.
Berdasarkan pada kajian dan analitis sejarah inilah maka tanggal 10 April 937 Masehi disepakati sebagai hari jadi Nganjuk, selanjutnya dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Nganjuk Nomor 195 Tahun 1993 ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Nganjuk.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
3 komentar:
pacaran di lingkungan candi? omaigat.... mungkin lbh asyik dan lebih alami kali ya.
Tumben saiki jalan2 terus sampean, liputan luar kota ya
keren. btw, itu candinya duluan apa pohonnya duluan yang tumbuh?
to Antown :
Saya pindah kerja bang... makanya jalan2 terus kerjaannya sekarang. Uda g di Ngalam lagi..
to Raie :
aduh,yg mana dulu ya??? Tanya empu Sendok aja langsung.hehehe
Post a Comment