About my Blog

But I must explain to you how all this mistaken idea of denouncing pleasure and praising pain was born and I will give you a complete account of the system, and expound the actual teachings of the great explorer of the truth, the master-builder of human happiness. No one rejects, dislikes, or avoids pleasure itself, because it is pleasure, but because those who do not know how to pursue pleasure rationally encounter consequences that are extremely painful. Nor again is there anyone who loves or pursues or desires to obtain pain

Protes melulu, Baca Dong

“Mas, yang Program kaos Euro, bayar 2 bulan di depan gimana?”

“Oh, maaf. Programnya sudah habis kemaren”

“Loh, gimana neh ama pelanggan saya? Saya kira bisa hari ini, soalnya saya sibuk kemaren”

“Mau gimana lagi?, Laporannya sudah saya serahkan. Otomatis, Kaos dan Mug Euro sisanya, sudah saya kasihkan ke bagian keuangan lagi”

“Udah, saya bayar berapapun mau”

“Mau bayar berapapun gak bisa mas. Teman2 itu aja juga bilang gitu, saya gak kasih” (sambil saya menunjuk teman2 laen yang sore ini masih ada di kantor)
“ Bukan masalah bayar atau gak bayar, jika programnya masih belum habis masa berlakunya, pasti saya kasih. Toh itu buat pelanggan kita juga khan? Udah, sampeyan bilang aja ke pelanggannya bahwa sudah habis programnya. Euro sudah final kemarin, ya kita tutup kemarin”.

“Sampeyan bilang sendiri sama pelangganku mas”
(ngontak seseorang lewat hp nya dan diserahkan ke saya)

“Maaf pak, programnya sudah habis jadi kaosnya tidak bisa diambil”

“Intinya saya gak dikasih!!” (dengan nada marah)
“Saya ini sudah berlangganan J*** P** lama sekali”

“Iya, tahu pak. Tapi jika programnya habis, masak saya harus bilang ada?? Kaos Euro, saya sudah gak pegang lagi”

“saya rugi dong!! Bla-blabla… (sambil marah2…)

Akhirnya handphone saya kembalikan ke Loper.

Tanggal 3 Juli, sore saya bener-bener sebel. Kita emang sebagai karyawan harus melayani pelanggan sebaik mungkin, tetapi bukan berarti harus melanggar aturan khan?? Kita hanya pelaksana teknis, dan bisa mengambil tindakan diluar aturan, jika tindakan tersebut demi kebaikan perusahaan. dan Memungkinkan.

Semua pengeluaran dan pemasukan harus jelas dan teliti. Aturan harus di tegakkan. Coba anda telat membayar tagihan telepon, PDAM atau Listrik. Walaupun anda saudaranya pejabat disitu, Denda tetap berlaku. Bahkan pemutusan bisa terjadi tanpa pemberitahuaan lebih dulu.

Jika saya tidak lagi memegang barangnya, dan laporan sudah klop, sudah jadi dan terutama di Pengumuman tertulis “PERSEDIAAN BARANG TERBATAS”. Gak ada yang bisa saya lakukan. Kemarin saja, disaat saya lengah, Kaos Euro diambil sama Agen saya, “TANPA BILANG-BILANG”. Saya gak bilang mencuri loh… Saya harus mempertanggungjawabkan ketelodoran dari kaos seharga Rp.40.000,- tersebut. Bahkan ada agen yang mau membawa 6, tapi tidak saya kasih, karena tidak membawa uang cash. Aturannya sudah jelas, ada uang ada barang, Tiap agen dibatasi maksimal 10. (alasannya Agen di Malang pintar sekali untuk ngakalin Biro).

Mulai tanggal 1 Juli ini, bila anda punya Kupon Kuis Sambung Karsa (salah satu Cagub dan Cawagub Jatim), Inget tulisan yang ada di kuponnya “UNTUK 2.000 ORANG PERTAMA”. Silahkan kecewa tapi inget jangan marah bila anda kehabisan Jam Dindingnya.

Bila kita tengok pengusaha-pengusaha cina yang ada di sekeliling kita. Mereka benar2 teliti, bahkan utang 100 rupiahpun, dia akan inget. Dan ketelitian tersebut membuatnya bisa makmur.
Jika perusahaan sekelas J*** P**, tidak mau mengikuti aturan yang telah dibuat. Mana mungkin J*** P** akan sebesar seperti sekarang.

Bukannya tindakan tadi tanpa resiko. Sang pelanggan tadi pasti akan kecewa, bisa-bisa dia akan stop berlangganan. Tetapi, jika kita lebih berat kepada 1 costumer yang tidak mau ikut aturan. Maka bisa-bisa 1000 pelanggan lain akan ikut terkena imbas negatifnya.

Sikap tidak mau mengikuti aturan, masih banyak contohnya disekeliling kita. Nyrobot jalur BUS WAY, nyrobot Trotoar bagi pejalan kaki, PKL nyrobot lahan orang lain, malah marah jika ditertibkan Satpol PP Yach… Budaya tidak tertib masih lekat dengan kehidupan kita. Semoga saja, kita mau merubah sikap tidak baik tersebut. Demi kemajuan Indonesia.

Makanya baca dong Pengumumannya... Kita dah capek2 bikin desainnya, Layoutnya. E, gak dibaca.....

4 komentar:

Anonymous said...

hihihi, budaya itu bisa berubah tak ya?
jadi penasaran.
:-/

Mukhtarom Ali said...

ya, begitulah sifat bangsa kita..

bagaimanapun, kita harus tetap berusaha untuk mengubah tabiat tersebut, minimal dari diri kita sendiri.

Antown said...

sampean kok blum pulang kampung? emang sekarang dimana? nggak di malang juga?

Mukhtarom Ali said...

Gimana mau pulang kampung bang Usman Yulianto.. Jawa Pos gak ada ;libur!!!!
(terakhir saya libur 1 bulan gara2 sakit Liver krn kecapekan...)

Saya sekarang masih domisili di Malang kok... Anda masih di Jakarta kah???